Penulis: Adi Setiawan
Malang nian
rakyat Lampung di zaman Belanda. Lada dan harta selalu diminta oleh penjajah Belanda. Mereka menjajah dan menumpahkan darah rakyat demi kepuasan dunia. Awal
mula kedatangan Belanda ke Lampung karena tergiur dengan semerbak wangi lada.
Mulanya mereka melakukan perdagangan dengan rakyat dan penguasa. Namun karena
sikap tamak dan rakus, mereka kemudian melakukan peperangan, menangkap dan
membuang penguasa yang berani membangkang.
Rakyat
Lampung merasa muak melihat tingkah polah Belanda. Hidup damai yang sebelumnya
mereka rasakan sirna setelah kedatangan mereka. Para penguasa Lampung kemudian
angkat senjata, berusaha untuk mengenyahkan Belanda.
Nan jauh di
seberang Selat Sunda terdengar pula sahabat yang sedang berperang melawan
Belanda. Sahabat itu adalah rakyat Banten. Bagi orang-orang Lampung, rakyat
Banten adalah sahabat dekat. Dua rakyat ini memiliki hubungan yang baik,
keduanya saling membantu dalam menghadapi kesulitan. Bagi rakyat Lampung dan
Banten, Selat Sunda bukan menjadi halangan bagi mereka. Namun sebaliknya
keberadaan Selat Sunda menjadi jembatan untuk mempersatukan dua wilayah ini.
Tatkala
menghadapi Belanda, rakyat Lampung dan Banten saling bahu membahu. Adakalanya
rakyat Lampung membantu berperang di Banten dan juga sebaliknya.
Tersebutlah
sebuah nama yakni Kiai Haji Wakhia, seorang kesatria dari Banten yang hijrah ke
Lampung. Mengenai kepindahan Kiai Haji Wakhia ke Lampung karena di Banten para
ulama dan kesatria ditekan oleh Belanda. Maka Kiai Haji Wakhia yang juga seorang
ulama kemudian memutuskan hijrah ke Lampung.
Kedatangan Kiai
Haji Wakhia di Lampung memberikan semangat bagi kesatria di Lampung dalam
menghadapi Belanda. Kiai Haji Wakhia kemudian juga ikut berpengaruh dalam
mendidik Raden Intan II. Pasalnya ia adalah seorang guru agama yang mendidik
Raden Intan II sejak kecil. Raden Intan II adalah adalah kesatria yang kemudian
banyak merepotkan Belanda. Hubungan dekat Kiai Haji Wakhia dengan Raden Intan
II juga terlihat saat dinobatkannya Raden Intan II menjadi Ratu Keratuan Darah
Putih.
Penobatan
Raden Intan II sebagai Ratu karena dirasa
telah cukup dewasa dan telah pantas menjadi pemimpin Keratuan Darah Putih.
Penobatan itu terjadi di tahun 1850, dimana Raden Intan II disumpah oleh Kiai
Haji Wakhia sebagai Ratu. Penobatan Raden Intan II diikuti oleh Belanda dengan
rasa cemas. Kecemasan yang dialami oleh Belanda karena melihat kenyataan bahwa
setelah dilantik menjadi ratu, Raden Intan II melakukan konsolidasi dengan
memperkuat pertahanan seperti perbaikan benteng-benteng lama dan pembangunan
benteng-benteng baru. Sementara itu untuk menunjang perlawanan mereka terhadap
Belanda, telah dipersiapkan dapur umum atau istilahnya penjunjongan
seperti yang terdapat di Kampung Tataan.
Persiapan
yang begitu matang dari pasukan Raden Intan II akhirnya berbuah pada peperangan
dengan Belanda pada tahun 1851. Sebelumnya Belanda yang merasa cemas dengan
sikap dan tindakan yang dilakukan oleh Raden Intan II, pada tahun 1851
mengirimkan ekspedisi militer ke Lampung. Belanda mengirim kekuatan sebanyak
400 orang. Dalam peperangan ini Raden Intan II dibantu oleh Kiai Kiai Haji
Wakhia bersama pengikutnya dari Banten. Pasukan Belanda menyerang Benteng
Merambung, namun karena kerjasama yang kuat antara pasukan Raden Intan II dan
pasukan Kiai Haji Wakhia benteng tetap dapat dipertahanakan bahkan mereka
berhasil mempermalukan pasukan Belanda. Perjuangan Raden Intan II dan rakyat
Lampung terus berkobar. Belanda merasa kesulitan untuk memadamkan perlawanan
itu.
Kerjasama antara Kiai Haji Wakhia maupun tokoh-tokoh Banten lainnya dengan pasukan Raden Intan II begitu nampak dalam melawan Belanda. Dalam beberapa pertempuran, Kiai Haji Wakhia bersama pengikutnya beberapa kali merepotkan Belanda. Beberapa kali usaha Belanda untuk menguasai benteng milik Raden Intan dapat digagalkan oleh pasukan di bawah kepemimpinan Kiai Haji Wakhia.
Dengan pertimbangan tersebut, maka Belanda segera memutuskan pengiriman pasukan secara besar-besaran, dengan pasukan dan senjata yang lebih baik daripada yang pernah dikirim ke daerah Lampung sebelumnya. Suatu ketika Belanda menyerang Benteng Bendulu. Namun Benteng ini dipertahankan oleh pasukan Raden Intan II di bawah pimpinan Singa Branta.
Pada serangan lainnya Belanda berhasil menguasai beberapa benteng milik pasukan Raden Intan II. Serangan Belanda yang besar-besaran itu kemudian turut berdampak pada tertangkapnya pemimpin-pemimpin pasukan Raden Intan II. Salah satu yang tertangkap adalah Kiai Kiai Haji Wakhia.
Setelah
tertangkap Kia Kiai Haji Wakhia menemui nasib menjalani hukuman mati yang
dijatuhkan oleh Belanda. Sungguh sebuah pengorbanan yang dilakukan oleh
kesatria dalam membela kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar