Beranda

Rabu, 18 Desember 2024

Perdagangan dan Masyarakat Jabung Era Kolonial

Membuka pustaka lama era kolonial ternyata memberikan petunjuk mengenai Jabung. Pada catatan tinggalan era kolonial seperti Verslag Eener Reis Door Een Gedeelte Der Lampongsche Distrikten karya J.C Köhler, Nota Over De Lampoengsche Merga's karya Van Royen, De Lampongsche Districten karya Broersma dan Topograpihsche en Geograpische Beschrijving Der Lampongsche Distrikten karya F.G Steck memuat informasi mengenai kampung-kampung yang ada di aliran Way Sekampung. Bagaimankah kondisi perdagangan dan masyarakat Jabung era kolonial?

Oleh: Adi Setiawan


                                                             Peta Marga di Lampung, Nomor 45 Menunjukan Jabung 

(Sumber: Nota Over De Lampoengsche Merga's)

 

Pada  Verslag Eener Reis Door Een Gedeelte Der Lampongsche Distrikten karya J.C Köhler, Nota Over De Lampoengsche Merga's karya Van Royen, De Lampongsche Districten karya Broersma dan Topograpihsche en Geograpische Beschrijving Der Lampongsche Distrikten karya F.G Steck menjelaskan kondisi Lampung baik dari sisi kemasayarakat, ekonomi dan bentang alam. Juga memuat kampung-kampung yang ada di aliran Way Sekampung. Kampung-kampung yang dikisahkan dalam laporan dan artikel-artikel tersebut saat ini beberapa diantaranya  berada dalam wilayah Kecamatan Jabung. Beberapa kampung lainnya saat ini menjadi bagian dari Kecamatan Marga Sekampung, Sekampung Udik dan Margatiga. Dari laporan dan artikel-artikel tersebut, dalam tulisan ini ingin menyajikan kembali kondisi Jabung di era kolonial. Ada hal-hal yang sesungguhnya dapat diketahui tentang masa silam dari daerah Jabung.

Daerah Jabung saat ini adalah salah satu kecamatan yang menjadi bagian dari Kabupaten Lampung Timur. Kecamatan Jabung terdiri dari 15 Desa, yaitu Desa Mekar Jaya, Adirejo, Asahan, Belimbing Sari, Gunung Mekar, Benteng Sari, Mumbang Jaya, Gunung Sugih Kecil, Pematang Tahalo, Negara Batin, Negara Saka, Jabung, Adi Luhur, Tanjung Sari dan Sambi Rejo. Desa terluas adalah Adirejo dengan luas wilayah 81.70 km² yang mencakup 30.47% wilayah Jabung. Sementara itu, desa terkecil adalah Gunung Sugih Kecil dengan luas wilayah 3,50 km² yang mencakup 1,31% dari luas Jabung (BPS, 2023:7).

Di antara nama-nama desa yang ada di Kecamatan Jabung saat ini telah tercatat dalam laporan yang dibuat oleh Asisten Residen Lampung, J.C Kohler yang melakukan perjalanan di daerah Way Sekampung tahun 1855. Beberapa desa yang tercantum dalam laporan J.C Kohler diantaranya adalah Kampung Jabung, Kampung Asahan, dan Kampung Negara Batin. Terdapat pula nama-nama kampung yang disinggahi oleh J.C Kohler seperti Kampung Bungkuk, Kampung Gunung Raya, Kampung Toba, dan Kampung Gedong.

Way Sekampung atau Sekampung pada era kolonial merupakan sebuah distrik di dalam karaseidenan Lampung. Pada masa lalu nama-nama distrik di Lampung banyak yang disesuaikan dengan nama sungai. Sebagai contoh selain Distrik Sekampung, terdapat pula nama distrik yang menggunakan nama sungai yakni Distrik Semaka dan Distrik Seputih. Pusat pemerintahan dari karesidenan saat itu berada di Teluk Betung.

J.C Kohler merupakan pegawai pemerintah Hindia Belanda yang diperintahkan ke Lampung mulai tahun 1853. Ia tercatat sebagai pemimpin militer sekaligus sipil, wakil dari pemerintah kolonial di Lampung (Bukri, 1997:92). Pada tahun 1855 J.C Kohler berkesempatan melakukan perjalanan di Distrik Sekampung. Perjalanannya di Sekampung ini dilaporkan dalam sebuah verslag atau laporan yang berjudul Verslag Eener Reis Door Een Gedeelte Der Lampongsche Distrikten. Pada laporan J.C Kohler inilah nama desa-desa yang saat ini menjadi bagian dari Kecamatan Jabung disebut oleh J.C Kohler. Pada catatan ini J.C Kohler mendeskripsikan keadaan desa-desa itu, mulai dari jumlah rumah, jumlah penduduk, kondisi ekonomi serta alam yang ia temui.

Pada verslag yang dibuat oleh J.C Kohler digambarkan bahwa perjalanan antar desa atau kampung saat itu lazimnya menggunakan perahu melintasi sungai Way Sekampung. Terdapat pula jalan setapak yang penduduk gunakan dalam beraktivitas. Kendaraan darat yang lazim digunakan saat itu adalah kuda dan pedati. Untuk saat ini di daerah Sekampung Udik, Marga Sekampung dan Jabung beberapa masyarakat masih memanfaatkan pedati atau gerobak dalam aktivitas angkutan pertanian, boleh jadi kondisi ini adalah kelanjutan dari budaya transportasi masa lalu di daerah tersebut.

Pada halaman yang lain, J.C Kohler memaparkan bahwa perjalanan dari Kampung Jabung menuju Kampung Asahan melewati Kampung Negarabatin memakan waktu 2 jam perjalanan dengan pedati. Kampung Negarabatin mempunyai 60 rumah dan 346 jiwa, sementara untuk Kampung Asahan yang memiliki 15 rumah dan 70 jiwa. Menariknya di Kampung Asahan penduduknya bukan hanya terdiri atas suku Lampung namun juga dihuni oleh suku Jawa dan Bugis.

Terdapat hamparan daratan yang tertutup alang-alang antara Negarabatin dan Asahan terbentang luas dan panjang. Kondisi tanahnya berpasir dan bercampur dengan tanah liat. Hutan sekitar kampung Assahan dan Negarabatin dapat ditemukan banyak pohon jati dan maris. Pohon jati ditanam oleh penduduk atas perintah Sultan Banten. Kondisi Kayu jati di sini menurut laporan Kepala Kampung Asahan tidak sebaik yang ada di Pulau Jawa. Maris merupakan jenis kayu keras dan berat yang digunakan untuk paku dalam pembuatan kapal.

Pada masa itu kayu jati boleh dimanfaatkan siapapun. Sebagai contoh setiap pedagang yang datang ke sini dengan kapalnya memanfaatkan kesempatan ini untuk memperbaiki perahunya secara gratis dan menebang kayu sesuka hati. Oleh karena itu jumlah pohon yang besar dan tua sangat sedikit. Dari Asahan ada jalan yang mengarah daerah pedalaman ke arah utara menuju Kampung Gunung Sugih. Di Gunung Sugih terdapat dengan 4 rumah dan 40 jiwa. Terdapat kampung lain yakni Kampung Peniangan, dengan 9 rumah dan 45 jiwa.

Kampung Asahan, merupakan pusat perdagangan utama di Distrik Sekampung, walaupun demikian perdagangan belum dapat dikatakan maju saat itu. Laporan J.C Kohler yang berasal dari penuturan kepala kampung menunjukan perdagangan di Asahan berupa 500 pikul lada, 300 pikul kapuk dan 50 pikul damar kucing setiap tahunnya. Sementara itu, Asahan membeli produk dari luar seperti garam, gambir, kapas, kain, sarung, barang besi, gerabah, dan lain-lain. Perdagangan sebagian besar dilakukan dengan Pulau Jawa dan Bawean, termasuk dengan Sulawesi, Lingga, dan Singapura.


                                          Peta Way Sekampung, Tercantum Campong Atjahan (Kampung Asahan)

(Sumber: Kian Amboro)

 

Produk yang dijual dari Asahan dikirim melalui Sungai Way Sekampung, pelayaran ini umumnya dilakukan pada permukaan air sedang dan tinggi menggunakan rakit bambu.  Pada Topograpihsche en Geograpische Beschrijving Der Lampongsche Distrikten juga dijelaskan bahwa ketika permukaan air sangat tinggi, masyarakat pegunungan membawa hasil hutan mereka ke Assahan dengan rakit bambu, yang mereka tahu cara mengemudikannya dengan keahlian khusus, dan jarang sekali kita mendengar adanya kecelakaan. Dari Assahan sungai dapat dilayari dengan 10 perahu. Sedangkan pada permukaan air yang rendah, sampan atau sampan kecil digunakan. Hanya sedikit produk yang diangkut melalui darat. Penjelasan dalam Topograpihsche en Geograpische Beschrijving Der Lampongsche Distrikten menguatkan penjelasan J.C Kohler bahwa Asahan saat itu merupakan bandar perdagangan yang penting di Distrik Sekampung. Penduduk menjul hasil hutan dan perkebunan di Asahan sekaligus membeli kebutuhan lain di sini. Bahkan dalam Topograpihsche en Geograpische Beschrijving Der Lampongsche Distrikten menyatakan Asahan sebagai salah satu pasar penting di Lampung selain pusat perdagangan yang ada di Teluk Betung, Bornai di Teluk Semangka, Rantau Jaya di Way Pegadungan, Seringkebow di Way Seputih dan Menggala di Way Tulangbawang.

Pada masa Lampung berada di bawah kekuasaan Sultan Banten, perdagangan di Asahan berada di bawah pengawasan seorang kepala suku pribumi bergelar sabandar yang diangkat oleh Sultan Banten. Segala perselisihan antara para pedagang, orang-orang yang berada di atas kapal, atau mengenai perdagangan diselesaikan oleh sabandar menurut adat istiadat yang dianut.

Keberadaan sabandar selain di Asahan juga ditemui di Kampung Gunung Raya dan Gedong. Hal yang membedakan sabandar di Asahan dan di kedua kampung tersebut adalah wewenang yang dimiliki sabandar Asahan lebih besar karena diperkenankan menangani perdagangan, berbeda dengan sabandar Gunung Raya dan Gedong yang hanya bertanggung jawab terhadap masyarakat di kampungnya saja, demikian penjelasan J.C Kohler.

Lada merupakan produk utama di daerah Jabung saat itu. Daerah penghasil lada lainya adalah Kampung Bojong, Gunung Sugih, Gunung Raya dan Peniangan.  Kebun lada di kampung-kampung tersebut berdasarkan pengamatan J.C Kohler termasuk dalam kebun lada yang tua. Jalan-jalan di sana lebar dan pengangkutan lada menggunakan pedati.

Pada perjalannya lainya J.C Kohler menjumpai Kampung Batu Badak. Nama Batu Badak diambil dari sebuah batu besar yang terletak di sungai, masyarakat Lampung di sana menyebutnya berbentuk mirip badak. Di kampung ini mempunyai 17 rumah dan 96 jiwa. Dari Batu Badak dengan melewati jalan setapak pada tepian sungai dapat menjumpai Kampung Bungkuk, jarak tempuhnya sekitar satu jam. Di Kampung Bungkuk, dijumpai 16 rumah dan 199 jiwa penduduk. Sekitar satu jam perjalanan ke timur, dapat ditemukan Kampung Putak dengan 20 rumah dan 227 jiwa. Dari Kampung Putak ini perjalanan melewati pohon pinus dapat menuju Kampung Jabung, Negarabatin dan Asahan.

 

Referensi:

BPS. 2023. Kecamatan Jabung dalam Angka. Lampung Timur: Badan Pusat Statistik

Bukri, dkk. 1997. Sejarah Daerah Lampung. Jakarta: Depdikbud

J.C Kohler. 1855. Verslag Eener Reis Door Een Gedeelte Der Lampongsche Distrikten dalam Tijdschrift Voor Indische Taal, Land En Volkenkunde. Batavia: Bataviaasch Genootschap Van Kunsten En Wetenschappen

Van Royen. 1930. Nota Over De Lampoengsche Merga's. Weltevreden: Landsdrukkerij

R. Broersma. 1916. De Lampongsche Districten. Batavia: Javasche Boekhandel & Drukkerij

F.G Steck. 1855. Topograpihsche en Geograpische Beschrijving Der Lampongsche Distrikten

Tidak ada komentar:

Posting Komentar