Beranda

Minggu, 02 Maret 2025

Melawan Lupa: Rapat Umum Ir. Sukarno di Lampung

Ir. Sukarno bertindak sebagai kepala negara sering melakukan perjalanan ke daerah guna meninjau pemerintahan. Kunjungan Presiden Indonesia pertama ini tercatat dalam sejarah pula, ia pernah mengunjungi Lampung. Tepatnya di tahun 1948, 1952 dan 1957. Lalu daerah-daerah mana sajakah yang presiden kunjungi?

Oleh: Adi Setiawan 

Rapat Umum Rakyat dengan Ir. Sukarno di Lapangan Enggal

(Sumber: Soepangat dkk, 1994:305) 

Mengingat kembali hasil Sidang PPKI I, tanggal 18 Agustus 1945 diputuskan bahwa Sukarno dan Mohammad Hatta dipilih secara aklamasi menjadi pengemban tugas Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Keduanya dipandang sebagai dua sosok yang dapat diandalkan dalam memimpin urusan kenegaraan. Bersama dengan aparatur pemerintahan lainnya, Sukarno dan Mohammad Hatta kemudian menjalankan roda pemerintahan. Tugas utama dari pemerintahannya adalah menuntuskan kemerdekaan Indonesia yang kala itu masih menjadi tantangan karena dihadapkan pada keinginan Belanda untuk kembali merebut Indonesia. 

Perjalanan waktu kemudian membawa Indonesia dapat benar-benar terlepas dari bayang-bayang penjajahan Belanda. Setelahnya, fokus membangun pemerintahan terus diusahakan, walaupun masalah politik dan ekonomi sering muncul di sana-sini. Dalam menjalankan roda pemerintahan presiden dan wakil presiden seringkali melakukan perjalanan kenegaraan, baik di dalam negeri maupun luar negeri. 

Perjalanan di dalam negeri dilakukan dengan mengunjungi daerah-daerah, dengan agenda peninjauan ataupun agenda lainnya. Sukarno dan Mohammad Hatta tercatat sebagai dua pemimpin negara yang pernah melakukan kunjungan ke Lampung. Keduanya menyempatkan diri untuk bertemu dengan masyarakat Lampung disela-sela urusan pemerintahan. 

Kunjungan Sukarno di Lampung, tercatat dalam koran-koran bertitimangsa tahun 1948, 1952 dan 1957. Kunjungan Sukarno di Lampung pada tahun 1948, diberitakan oleh De West (05 Juli 1948). Kunjungan presiden di Lampung ini sebagai bagian dari tur daerah di Sumatera. Adapun agenda presiden di Lampung pada Juni 1948 itu adalah melakukan kesepakatan nota perdagangan dengan perusahaan asal Amerika Serikat, Mayer & Brown. Sejumlah utusan dari Amerika Serikat hadir. Adapun kesepakatan dagang yang diteken adalah mengirim 1000 ton lada Lampung ke Amerika Serikat pada akhir Juli 1948, sebagai pengiriman pertama dari kontrak sebanyak 5000 ton lada. 

Selain agenda dagang, pada tanggal 29 Juni 1948 Presiden Sukarno juga menggelar rapat umum di Lapangan Enggal, Tanjungkarang. Dalam rapat umum itu masyarakat Lampung memberikan sambutan hangat. Aksi defile tentara juga turut memeriahkan kehadiran presiden kala itu. Kehadiran Presiden Sukarno di Lampung, turut juga Ajudan Mayor Sugandhi, Sekretaris Negara Mr. A.K. Pringgodigdo, Gubernur Sumatera Mr. Tengku Muhamad Hasan. Nasir St. Pamuncak. Agenda lain yang dilakukan oleh presiden adalah meresmikan Makam Pahlawan Taman Bahagia dan menulis sebuah prasasti yang berbunyi "Badan dapat binasa, jiwa besar tetap hidup." Selain mengunjungi Tanjungkarang, presiden juga melakukan kegiatan rapat umum di Pringsewu, Metro, dan Kotabumi (Soepangat dkk, 1994:304-307). 

Monumen Taman Makam Pahlawan Tanjungkarang

(Sumber: Soepangat dkk, 1994:304) 

Kunjungan Presiden Sukarno tak berhenti di tahun 1948 itu saja. Empat tahun kemudian atau tepatnya 12 November 1952, Presiden Sukarno kembali berkunjung ke Lampung. Dengan mengendarai pesawat amfibi Catalina, rombongan presiden mendarat di Panjang. Rombongan disambut oleh Gubernur Sumtera Selatan, Mohammad Isa, Penjabat Panglima Teritori II, Kolonel Kosasih, dan Residen Lampung, Mr. Gele Harun (Indische Courant voor Nederland, 19 November 1952). 

Java Bode (14 November 1952) menggambarkan bahwa saat kedua pesawat amfibi lepas landas, terdengar suara "Merdeka" yang nyaring dari ratusan perahu nelayan yang ditambatkan di depan Pandjang, sementara perahu motor membunyikan sirene selama lima menit. Setelah Presiden memeriksa barisan kehormatan militer dan beristirahat selama satu setengah jam, perjalanan dilanjutkan melalui Telukbetung menuju Tanjungkarang. Ribuan orang berbaris di jalan untuk menyambut kepala negara, sementara banyak lengkungan kemenangan menghiasi jalan. 

Rapat Umum Ir. Sukarno di Gadingrejo Tahun 1952

(Sumber: Berandadesa, 04 April 2023) 

Di Tanjungkarang, Presiden Sukarno memberikan pidato di hadapan massa. Ia mengajak masyarakat untuk bekerja keras membangun negara. Ia mengakhiri pidatonya dengan mengajak hadirin untuk bersama-sama meneriakkan "Merdeka". Menteri Mononutu juga menyampaikan pidato dalam pertemuan itu, yang menghimbau agar tetap menjaga persatuan demi terwujudnya pembangunan kembali. 

Kunjungan Presiden Sukarno di Karesidenan Lampung kemudian berlanjut pada 13 November 1952. Presiden mengunjungi Gedongtataan, Gadingrejo, Talangpadang dan Kota Agung. Sama seperti di Tanjungkarang, presiden melakukan rapat umum dengan warga. Kunjungan presiden di Lampung ditutup dengan mengunjungi Kotabumi pada tanggal 14 November 1952. Rombongan presiden melakukan perjalanan dengan kereta api ke Kotabumi. Presiden juga menyempatkan diri menemui masyarakat di daerah Wai Petai (De Nieuwsgier, 24 November 1952). Kunjungan 14 November 1952 ini juga presiden lakukan di daerah Sumberjaya guna meresmikan Transmigrasi Biro Rekonstruksi Nasional (BRN) terhadap eks-laskar pejuang dari Tasikmalaya, Jawa Barat. 

Pada Maret 1957 Presiden Sukarno kembali ke Lampung. Presiden Sukarno melakukan lawatan seharian ke sejumlah daerah di Lampung. Agenda menemui masyarakat dalam sebuah rapat umum tidak lupa ia lakukan di Tanjungkarang. Presiden menyampaikan pidato dalam rapat umum yang disebut sebagai Pertemuan “Bhinneka Tunggal Ika.” Rapat umum bersama presiden ini, telah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh panitia persiapan termasuk masyarakat Lampung dengan Komandan Resimen VI, Letnan Kolonel Worang (De Preangerbode, 20 Maret 1957).

 

Berita Kunjungan Sukarno di Lampung Tahun 1957

(Sumber: De Preangerbode, 20 Maret 1957) 

Sebagai wujud memperingati kunjungan Presiden Sukarno di Lampung, di beberapa daerah seperti di Sumberjaya, Lampung Barat dan Kota Agung, Tanggamus didirikan monumen Sukarno. Harapannya masyarakat akan teredukasi mengenai keberadaan peristiwa bersejarah yang terjadi di masa lampau bersama dengan presiden pertama Republik Indonesia itu. 

Referensi:

De Nieuwsgier, 24 November 1952

De Preangerbode, 20 Maret 1957

De West, 05 Juli 1948

Indische Courant voor Nederland, 19 November 1952

Java Bode, 14 November 1952


Soepangat, dkk. 1994. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Lampung Buku I. Lampung: DHD Angkatan ‘45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar