Beranda

Jumat, 27 Januari 2023

Perang Kemerdekaan di Labuhan Maringgai dan Jabung

Penulis: Adi Setiawan

Salah satu narasi sejarah yang hadir dari Labuhan Maringgai dan Jabung adalah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Ilustrasi Perang Kemerdekaan (sumber: kompas.com)


Agresi Militer Belanda II yang terjadi pada 19 Desember 1945 menyasar kota-kota di Jawa dan Sumatra. Pemimpin Republik berhasil ditawan oleh tentara Belanda. Saat itu Soekarno dan Hatta diasingkan oleh Belanda di luar Pulau Jawa. Belanda merasa di atas angin, menghembuskan informasi ke dunia luar bahwa Republik Indonesia telah pupus. Namun anggapan Belanda bahwa Republik Indonesia telah runtuh itu hanya isu belaka. Nyatanya pimpinan militer dan aparat pemerintahan masih tetap melakukan perjuangan di frontnya masing-masing. Jendral Soedirman tetap melanjutkan perjuangan gerilya, sedangkan pemerintahan tetap bertahan di bawah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukit Tinggi pimpinan Mr. Syafruddin Prawiranegara.

Agresi Militer II kemudian menyasar wilayah Lampung. Pada tanggal 1 Januari 1949 kapal-kapal perang Belanda menembaki Pelabuhan Panjang. Ibukota Karesidenan Lampung, Teluk Betung kemudian jatuh ke tangan pasukan Belanda. Pimpinan pemerintahan di Lampung kemudian mendirikan pemerintahan darurat di luar kota. Tak berhenti di situ, pasukan Belanda kemudian melakukan serangan di berbagai wilayah di Lampung.

Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilakukan oleh segenap komponen, baik pemerintah, tentara, laskar rakyat maupun penduduk. Selain yang disebutkan itu, ternyata perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Lampung juga dilakukan oleh unsur kepolisian. Unsur kepolisian ini mungkin salah satu komponen  yang jarang disebut dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Mengenai kepolisian di Indonesia, salah satu cikal bakalnya adalah dari organisasi Keibodan yang dibentuk pada zaman Jepang dan beberapa organisasi lain. Selepas kemerdekaan kepolisian turut ambil bagian dalam perjuangan melawan serangan yang dilakukan oleh tentara Belanda.

Hal itu sebagaimana diungkapkan Moehammad Jasin (2010:25) di dalam memoarnya bahwa anggota Polisi Republik Indonesia melakukan mobilisasi rakyat dengan memberikan latihan kemiliteran  secara terorganisir  dalam wadah perjuangan. Hal itu dimaksudkan untuk membangun kekuatan dalam perjuangan dan menghadapi Sekutu. Jaminan kekuatan Kesatuan Republik Indonesia  telah membangkitkan semangat militansi para pemuda Indonesia.

Perjuangan kepolisian di Lampung dalam menghadapi pasukan Belanda salah satunya terjadi di daerah Lampung Tengah. Keberhasilan Belanda mengambil alih Metro membuat pemerintahan dan pasukan pertahanan mundur keluar kota. Belanda kemudian melakukan pengejaran. Pemerintahan darurat yang awalnya didirikan di dekat Metro kemudian harus berpindah-pindah menghindari kejaran Belanda.

Berdasarkan buku Revolusi Fisik di Provinsi Lampung dijelaskan bahwa pengejaran yang dilakukan pasukan Belanda terhadap pasukan pertahanan Republik juga terjadi di daerah Labuhan Maringgai. Belanda saat itu berusaha mematahkan perjuangan bangsa Indonesia di sana. Namun serangan Belanda disambut dengan perlawanan pasukan pertahanan Republik, salah satunya adalah kepolisian Labuhan Maringgai. Maun Ali sorang pimpinan kepolisian di Labuhan Maringgai bersama dengan anggota polisi lainnya melakukan kontak senjata dengan pasukan Belanda. Peristiwa yang terjadi pada 9 Desember 1949 itu, Belanda melakukan pengepungan terhadap asrama kepolisian Labuhan Maringgai. Karena tidak dapat dipertahankan maka polisi Maun Ali dan anak buahnya memutuskan mundur keluar Labuhan Maringgai. Mereka kemudian bertahan diantara Jabung dengan Kalianda bersama pasukan pimpinan A.Bursyah.

Selanjutnya Belanda terus melakukan operasi ke daerah-daerah yang dirasa menjadi kantong pertahanan pasukan Republik. Belanda kemudian melakukan pencarian terhadap Maun Ali dan anak buahnya di Jabung pada tanggal 13 dan 14 Desember 1949. Karena tak menemukan, maka pasukan Belanda kemudian menangkap orang tua dari Maun Ali yakni Mohammad Ali. Seorang Pembantu Polisi Republik Indonesia di Jabung tersebut kemudian gugur setelah ditembak Belanda di Simpang Empat Jabung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar