Penulis: Adi Setiawan
Salah satu narasi sejarah yang hadir dari Labuhan Maringgai dan Jabung adalah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Agresi
Militer Belanda II yang terjadi pada 19 Desember 1945 menyasar kota-kota di
Jawa dan Sumatra. Pemimpin Republik berhasil ditawan oleh tentara Belanda. Saat
itu Soekarno dan Hatta diasingkan oleh Belanda di luar Pulau Jawa. Belanda
merasa di atas angin, menghembuskan informasi ke dunia luar bahwa Republik
Indonesia telah pupus. Namun anggapan Belanda bahwa Republik Indonesia telah
runtuh itu hanya isu belaka. Nyatanya pimpinan militer dan aparat pemerintahan
masih tetap melakukan perjuangan di frontnya masing-masing. Jendral Soedirman
tetap melanjutkan perjuangan gerilya, sedangkan pemerintahan tetap bertahan di
bawah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukit Tinggi pimpinan
Mr. Syafruddin Prawiranegara.
Agresi
Militer II kemudian menyasar wilayah Lampung. Pada tanggal 1 Januari 1949
kapal-kapal perang Belanda menembaki Pelabuhan Panjang. Ibukota Karesidenan
Lampung, Teluk Betung kemudian jatuh ke tangan pasukan Belanda. Pimpinan
pemerintahan di Lampung kemudian mendirikan pemerintahan darurat di luar kota.
Tak berhenti di situ, pasukan Belanda kemudian melakukan serangan di berbagai
wilayah di Lampung.
Perjuangan
mempertahankan kemerdekaan dilakukan oleh segenap komponen, baik pemerintah,
tentara, laskar rakyat maupun penduduk. Selain yang disebutkan itu, ternyata
perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Lampung juga dilakukan oleh unsur
kepolisian. Unsur kepolisian ini mungkin salah satu komponen yang jarang disebut dalam perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Mengenai kepolisian di Indonesia, salah satu cikal
bakalnya adalah dari organisasi Keibodan yang dibentuk pada zaman Jepang
dan beberapa organisasi lain. Selepas kemerdekaan kepolisian turut ambil bagian
dalam perjuangan melawan serangan yang dilakukan oleh tentara Belanda.
Hal itu
sebagaimana diungkapkan Moehammad Jasin (2010:25) di dalam memoarnya bahwa
anggota Polisi Republik Indonesia melakukan mobilisasi rakyat dengan memberikan
latihan kemiliteran secara
terorganisir dalam wadah perjuangan. Hal
itu dimaksudkan untuk membangun kekuatan dalam perjuangan dan menghadapi
Sekutu. Jaminan kekuatan Kesatuan Republik Indonesia telah membangkitkan semangat militansi para
pemuda Indonesia.
Perjuangan
kepolisian di Lampung dalam menghadapi pasukan Belanda salah satunya terjadi di
daerah Lampung Tengah. Keberhasilan Belanda mengambil alih Metro membuat
pemerintahan dan pasukan pertahanan mundur keluar kota. Belanda kemudian
melakukan pengejaran. Pemerintahan darurat yang awalnya didirikan di dekat
Metro kemudian harus berpindah-pindah menghindari kejaran Belanda.
Berdasarkan buku Revolusi Fisik di Provinsi Lampung dijelaskan bahwa pengejaran
yang dilakukan pasukan Belanda terhadap pasukan pertahanan Republik juga
terjadi di daerah Labuhan Maringgai. Belanda saat itu berusaha mematahkan perjuangan bangsa Indonesia di
sana. Namun serangan Belanda disambut dengan perlawanan pasukan pertahanan
Republik, salah satunya adalah kepolisian Labuhan Maringgai. Maun Ali sorang
pimpinan kepolisian di Labuhan Maringgai bersama dengan anggota polisi lainnya
melakukan kontak senjata dengan pasukan Belanda. Peristiwa yang terjadi pada 9
Desember 1949 itu, Belanda melakukan pengepungan terhadap asrama kepolisian
Labuhan Maringgai. Karena tidak dapat dipertahankan maka polisi Maun Ali dan
anak buahnya memutuskan mundur keluar Labuhan Maringgai. Mereka kemudian
bertahan diantara Jabung dengan Kalianda bersama pasukan pimpinan A.Bursyah.
Selanjutnya
Belanda terus melakukan operasi ke daerah-daerah yang dirasa menjadi kantong
pertahanan pasukan Republik. Belanda kemudian melakukan pencarian terhadap Maun
Ali dan anak buahnya di Jabung pada tanggal 13 dan 14 Desember 1949. Karena tak
menemukan, maka pasukan Belanda kemudian menangkap orang tua dari Maun Ali
yakni Mohammad Ali. Seorang Pembantu Polisi Republik Indonesia di Jabung
tersebut kemudian gugur setelah ditembak Belanda di Simpang Empat Jabung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar