Beranda

Minggu, 03 November 2024

Serbuan Pasukan Jepang di Lampung Tahun 1942

Era pendudukan Jepang di Indonesia merupakan satu zaman yang penuh dengan penderitaan. Eksploitasi sumberdaya alam serta sumberdaya manusia begitu marak dilakukan pada zaman itu. Pelaksanaan romusha adalah salah satu bentuk upaya yang dilakukan oleh Jepang dengan mempekerjakan warga dalam berbagai proyek baik di Indonesia maupun di luar negeri. Perkembangan industri Jepang yang pesat, memaksa negeri matahari terbit ini untuk melakukan ekspansi dan eksploitasi sumberberdaya di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Wilayah Indonesia, termasuk daerah Lampung turut merasakan penindasan selama pendudukan Jepang antara tahun 1942-1945. Lantas bagaimanakah serbuan pasukan Jepang di Lampung tahun 1942?

 Oleh: Adi Setiawan


Peta Sumatera Selatan

    (Sumber: Provinciale Geldersche en Nijmeegsche Courant, 28 Februari 1942)

 

           Secara resmi Jepang menguasai Indonesia lewat perundingan di Kalijati, Subang, Jawa Barat pada 8 Maret 1942. Kota-kota penting di Indonesia sebelumnya telah berhasil dikuasai oleh angkatan perang Jepang. Upaya yang dilakukan oleh tentara Sekutu tidak dapat membendung serangan pasukan Jepang yang cepat itu. Belanda akhirnya dengan berat hati meninggalkan Indonesia yang dikuasainya selama beratus-ratus tahun itu. Di Sumatera, Jepang berhasil menguasai kota-kota penting seperti Medan dan Palembang. Pendudukan atas Pulau Sumatera ini juga dimaksudkan oleh Jepang untuk dijadikan pangkalan pengawasan terhadap kapal kapal milik Sekutu di Samudra Hindia bagian barat juga sebagai daerah suplai bahan makanan, minyak bumi serta tenaga manusia guna keperluan bangunan perang sewaktu-waktu Jepang memerlukan (Depdikbud, 1981:154).

           Uur der Beproeving: Onze Marine in Den Strijd Tegen Japan, 1945:56 mengisahkan pertempuran antara Belanda dengan Jepang, salah satunya pertempuran yang terjadi di Palembang. Jepang mulai memasuki Palembang pada 14 Februari 1942. Belanda yang tetap ingin bertahan kemudian terlibat adu persenjataan dengan pasukan Jepang. Setelah dua hari pertempuran terus menerus, angkatan udara Belanda dan Sekutu mulai menyerah. Sisa-sisa angkatan udara harus terbang ke Pulau Jawa karena lapangan terbang di sekitar Palembang lama kelamaan hilang semua. Pasukan Sekutu merasa kewalan dengan serangan-serangan yang dilakukan oleh pasukan Jepang. Mereka kemudian memutuskan untuk bergerak menuju Pulau Jawa, meninggalkan medan tempur di Palembang. Banyak pasukan Belanda kemudian melarikan diri menuju Oosthaven atau Pelabuhan Panjang melalui jalur kereta api dan jalan raya untuk menyeberang ke Pulau Jawa. Dari Pelabuhan Panjang ini mereka berlayar ke Tanjung Priok. Dengan demikian pasukan Belanda dapat dikatakan benar-benar dipermalukan dalam pertempuran di Palembang ini.

            Akhirnya Kota Palembang secara resmi dikuasi Jepang pada 16 Februari 1942. Dampak selanjutnya, pasukan Jepang semakin leluasa untuk menguasai Sumatera Selatan. Pasukan Jepang yang terdiri atas angkatan darat dan angkatan laut berusaha menaklukan tempat-tempat strategis di Sumatera Selatan. Tak terkecuali Lampung, daerah yang berhadapan langsung dengan Selat Sunda, Laut Jawa dan Samudera Hindia ini dipandang sebagai wilayah strategis.

 


Berita Serangan Pasukan Jepang

(Sumber: Delftsche Courant: Nieuwsblad voor Delft en Delfland, 19 Februari 1942)

 

Untuk menaklukan wilayah Lampung, pasukan Jepang menyerbu dari beberapa arah. Delftsche Courant: Nieuwsblad voor Delft en Delfland, 19 Februari 1942 memberitakan bahwa barisan depan tentara Jepang di Palembang yang mendarat di Sumatera bergerak maju di sepanjang jalur kereta api hingga Teluk Betung. Dampaknya pasukan Jepang berhasil memutus jalur hubungan dari Sumatera menuju Jawa. Hal ini seperti dilaporkan oleh Haagsche Courant, 23 Februari 1942 “Pemutusan total hubungan antara Jawa dan Sumatra telah dicapai oleh pasukan Jepang. Formasi Jepang, yang maju ke selatan dari Palembang pada hari Sabtu, telah menduduki persimpangan kereta api penting Tanjungng Karang di sekitar Teluk Betung.”

 

             Berita Dampak Serangan Jepang

    (Sumber: Haagsche Courant, 23 Februari 1942)

           

Serbuan pasukan Jepang terhadap Lampung yang dilakukan dari arah utara membuat mereka dapat membereskan pasukan Belanda di daerah Tulung Buyut (Supangat dkk, 1994:99). Keberhasilan Jepang ini lantas mempermudah langkah mereka untuk menyerbu daerah lain di Lampung. Pasukan Jepang kemudian mulai bergerak ke menuju Kotabumi. Mereka kemudian bergerak ke Krui, Menggala, Metro dan Sukadana. Dari perairan laut, Jepang mengerahkan pasukannya untuk mengalahkan angkatan angkatan laut Belanda yang berjaga di sekitar Teluk Lampung dan Teluk Semangka. Dua perairan itu menjadi daerah strategis yang juga menjadi fokus utama dalam serbuannya di Lampung.

            Penaklukan daerah pesisir Lampung oleh pasukan Jepang itu ramai diberitakan oleh koran-koran berbahasa Belanda. Seperti dalam Leidsch Dagblad, 28 Februari 1942 dan Leeuwarder Courant, 28 Februari 1942 memberitakan serbuan pasukan Jepang di Kota Agung pada 23 Februari 1942. Pada serbuan ini Jepang berhasil memukul mundur angkatan laut Hindia Belanda di Teluk Semangka di ujung selatan Sumatera. Sebelumnya, pada tanggal 20 Februari 1942 Jepang telah berhasil menguasai Teluk Betung dan Tanjung Karang.

            Keberhasilan Jepang menaklukan pesisir Lampung ini menjadi salah satu kemenangan berharga di Sumatera. Karena dengan jatuhnya pesisir Lampung maka penguasaan Jepang atas Selat Sunda secara penuh telah terwujud. Termasuk yang tidak boleh dilupakan penguasaan Jepang atas Oosthaven, sebuah pelabuhan penting di Teluk Lampung (Provinciale Geldersche en Nijmeegsche Courant, 28 Februari 1942). Setelah menguasai Lampung, pemerintah pendudukan Jepang kemudian menetapkan daerah Lampung sebagai Karesidenan yang dikepalai oleh seorang residen militer (Lampung Shu Co Kan) bernama Kolonel Kurita, dengan dibantu oleh seorang kepala kepolisian yang bernama Tsukabihara. Masyarakat di Lampung kemudian menerima segala bentuk kebijakan-kebijakan Jepang dalam berbagai bidang.

 

Referensi:

Delftsche Courant: Nieuwsblad voor Delft en Delfland, 19 Februari 1942

Haagsche Courant, 23 Februari 1942

Leidsch Dagblad, 28 Februari 1942

Leeuwarder Courant, 28 Februari 1942

Provinciale Geldersche en Nijmeegsche Courant, 28 Februari 1942

Uur der Beproeving: Onze Marine in Den Strijd Tegen Japan, 1945

Depdikbud. 1981. Sejarah Daerah Lampung. Jakarta: Depdikbud

Supangat, dkk. 1994. Sejarah Perkembangan Pemerintah di Lampung Buku II. Lampung: DHD Angkatan ‘45

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar