Beranda

Senin, 30 Desember 2024

Cahaya di Kotabumi: Awal Mula Listrik di Kotabumi

Tahun 1939 menjadi tahun yang bersejarah bagi elektrifikasi di Kotabumi. Masuknya listrik di Kotabumi disebutkan oleh koran-koran sebagai sebuah kemajuan. Koran lainya menyebut dengan Cahaya di Kotabumi atau Licht in Kotaboemi.

Oleh: Adi Setiawan


Berita Mengenai Listrik di Kotabumi

(Sumber: Algemeen Handelsblad Voor Nederlandsch-Indië, 22 Maret 1939)

 

Listrik menjadi sumber energi yang penting bagi kehidupan manusia. Manusia yang hidup modern saat ini, tentu semua perangkat teknologi yang digunakannya tidak terlepas pula dari listrik. Ponsel yang kita gunakan pasti memerlukan daya listrik, televisi yang kita saksikan juga bersumber dari daya listrik termasuk beberapa alat transportasi dewasa ini juga telah menggunakan energi listrik sebagai bahan bakarnya.

Jika listrik padam seperti terjadi krisis besar bagi manusia. Hal ini juga yang sempat dirasakan oleh masyarakat di Lampung beberapa bulan terakhir. Karena listrik padam aktivitas menjadi sulit, hal ini karena semua alat di rumah dan di tempat kerja semua bergerak karena bersumber dari energi listrik.

Berbicara mengenai energi listrik, saat ini menjadi tanggungjawab dari PT Perusahaan Listrik Negara (PT PLN). Perusahaan milik negara ini menjadi memproduksi dan mendistribusikan listrik ke seantero negeri.

Pada era kolonial pemanfaatan energi listrik banyak diupayakan oleh perusahaan-perusahaan milik Belanda. Tahun 1882 perusahaan Nederlandsch Indische Gasmaatschappij (NIGM) memproduksi listrik di Semarang dengan memanfaatkan tenaga uap. Tahun 1897 di Jakarta didirikan perusahaan Nederlandsche Indische Electriciteit Maatschappij (NIEM) dengan kantor pusat di Gambir.

Keperluan energi listrik yang dirasakan lebih besar kemudian membuat pemerintah kolonial mendirikan s'Lands Waterkracht Bedriven (LWB) tahun 1927 yang mengelola PLTA dan PLTU di beberapa wilayah. Sementara itu, sejarah kelistrikan nasional setelah Indonesia merdeka dimulai pembentukan membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga pada 27 Oktober 1945.

Bila kita membuka koran-koran lama yang terbit di era kolonial, menyebutkan listrik sebagai bagian dari kehidupan modern atau kemajuan. Bataviaasch Nieuwsblad yang terbit pada 10 Juni 1938 menyebutkan hal tersebut saat listrik masuk di Kotabumi, Lampung. Koran ini mengawali artikelnya dengan judul Kotaboemi Vooruit atau Kotabumi Maju. Dalam artikel ini disebutkan bahwa masuknya listrik di Kotabumi dilatar belakangi oleh posisi daerah ini sebagai pusat perdagangan lada dan kopi. Selain itu, Kotabumi merupakan daerah yang dilalui oleh rel kereta api Sumatra Selatan (Zuid Sumatra Staatsspoorwegen/ZSS), tentunya membutuhkan penerangan listrik untuk berbagai toko, penerangan jalan, dan banyak rumah pegawai perusahaan kereta api tersebut.

De Indische Courant yang terbit pada 30 Oktober 1939 menyebutkan perusahaan penyedia energi listrik di Kotabumi itu dikelola oleh perusaahan milik pengusaha Tionghoa bernama Lim Giok Keng. Ia adalah penguasaha yang memiliki banyak perusahaan di Lampung, khususnya di Teluk Betung dan Tanjung Karang. Biaya pembangunan fasilitas listrik di Kotabumi memakan biaya sebesar 35.000 gulden. Adapun letak pembangkit listrik ini berada sekitar 10 Km dari stasiun kereta api Kotabumi (De Sumatra Post, 25 Maret 1939).

Kehadiran listrik di Kotabumi saat itu menjadi satu hal yang ditunggu-tunggu. Dalam pidato peresmian listrik itu disebutkan oleh Residen G.W Meindersma bahwa pembangunan fasilitas kelistrikan di Kotabumi telah direncanakan selama 10 tahun. Barulah pada di tahun 1939 listrik dapat dialirkan di Kotabumi. Walaupun demikian, fasilitas listrik yang masuk di Kotabumi belum sepenuhnya dapat dinikmati oleh semua penduduk. Selain fasilitas perekonomian dan kereta api, sebagian aliran listrik dialirkan untuk warga Eropa yang menjadi pegawai Zuid Sumatra Staatsspoorwegen.

Namun ada hal menarik lain setelah listrik masuk di Kotabumi, kemudian membuka peluang bagi pemodal untuk membuka usaha di daerah ini. Sebagai contoh adalah muncul niat dari Lim Giok Keng yang ingin membuka pabrik pembuatan es di Kotabumi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masuknya fasilitas listrik berpengaruh terhadap perubahan sosial dan ekonomi masyarakat di Kotabumi.

 

Referensi:

Algemeen Handelsblad Voor Nederlandsch-Indië, 22 Maret 1939

Bataviaasch Nieuwsblad, pada 10 Juni 1938

De Sumatra Post, 25 Maret 1939

Tidak ada komentar:

Posting Komentar