Blitzkrieg
Jepang di Asia Tenggara
Oleh : Adi Setiawan
Guru Sejarah SMAN 1 Sekampung Lampung Timur
email : adiabuuwais@gmail.com
Transisi tahun 1941 ke 1942 merupakan
masa suram bagi kekuatan Sekutu di kawasan Asia Pasifik. Mereka harus menderita
pukulan berat di mana-mana. Kekalahan demi kekalahan dialami di berbagai medan,
padahal kekuatan Sekutu seperti Amerika Serikat dan Inggris, dibantu oleh
Australia dan Belanda hanya menghadapi satu musuh, yakni Jepang. Keadaan dan
jalannya peperangan sungguh tidak memberikan harapan cerah di kawasan tersebut.
Keberhasilan Jepang dalam menggempur
armada Amerika Serikat di Pearl Harbour, membuat Jepang mulai membidik
penyerangan di wilayah Asia Tenggara. Kawasan Asia Tenggara merupakan wilayah
yang diincar Jepang sejak masa-masa sebelum pecahnya Perang Asia Pasifik.
Harapan Jepang untuk dapat mandiri dalam bidang ekonomi, adalah kemampuan untuk
menguasai wilayah Selatan Asia, yang dinamakan Soulthern Resoure Area.
Dengan menguasai wilayah yang
strategis ini, Jepang tidak akan terikat lagi untuk mendapatkan sumber-sumber
alami seperti karet, bijih besi, alumunium, dan cadangan minyak yang sangat
dibutuhkan. Malaya dan Singapura adalah dua objek bidikan Jepang selanjutnya.
Persiapan yang matang sengaja disusun Jepang. untuk menguasai dua wilayah
tersebut, Jepang akan bertempur secara habis-habisan melawan armada Inggris.
Pukul 02.15 tengah malam, 8 Desember
1941, tiga kapal angkut Jepang, Awagisan Maru, Ayatosan Maru, dan Sakura Maru,
tampak di Pantai Badang dan Sabak, 13 km sebelah barat daya Kota Bahru. Dalam
penyerangan tersebut Jepang mengerahkan Resimen Infanteri 56, Divisi ke-18,
Tentara ke-25 pimpinan Mayor Jenderal Horoshi Takumi. Pertempuran yang kemudian
terjadi, berhasil dimenangkan Jepang. Kota Bahru berhasil direbut tanggal 9
Desember 1941.
Pada tanggal 10 Desember, sekali lagi terjadi
bencana terhadap angkatan laut Sekutu. Setelah mendengar berita akan suatu
konvoi Jepang yang melakukan pendaratan awal di Semenanjung Kra di Pantai Utara
Malaya, Laksamana Sir Tom Phillips segera meninggalkan Singapura pada tanggal 8
Desember bersama battleship HMS Prince of Wales dan battlecruiser HMS
Repulse dengan tujuan menghancurkan sebanyak mungkin pasukan dalam konvoi
tersebut. Akan tetapi dua hari kemudian di sebelah timur Malaya,
pesawat-pesawat terbang Jepang menyergap armada laut Inggris itu. Akibatnya HMS
Prince of Wales dan HMS Repulse tenggelam. Bersama kapal-kapal perang tersebut,
ikut tenggelam 840 orang pelaut Inggris, termasuk Laksamana Phillips.
Di hari-hari selanjutnya, armada Inggris praktis
tidak bisa berbuat banyak dalam menghadapi serangan Jepang. Pada 17 Desember
1941 Jepang berhasil menguasai Penang. Kemudian pada akhir Desember 1941
Kaliamantan Utara (British Borneo) telah jatuh ke tangan Jepang. Jepang yang
berhasil menguasai Malaya dan Kalimantan Utara, segera mengarahkan serangannya
ke Singapura. Dengan senjata yang jauh lebih unggul dan semangat bertempur
pasukannya Jepang akhirnya berhasil merebut Singapura. Pada 15 Februari 1942,
Inggris menyatakan menyerah melalui Jenderal Parcival kepada perwakilan Jepang,
Jenderal Yamashita.
Kemenangan demi kemenangan yang diraih Jepang,
semakin membuat Jepang bergerak ofensif. Hal ini terlihat dari pertempuran yang
dimenangkan oleh Jepang di wilayah Asia Tenggara lainnya. Invasi Jepang juga
dilakukan di Burma (sekarang Myanmar). Wilayah Burma sendiri direbut oleh
Jepang dari Inggris pada awal 1942. Burma memiliki posisi strategis sebagai
negara penghubung antara Asia Tenggara, India (yang saat itu dikuasai Inggris)
dan China. Selain sebagai basis pertahanan melawan Inggris, pendudukan atas
Burma juga berarti akan memutus jalur suplai China. Burma juga memiliki potensi
sumber daya alam yang besar dilihat dari statusnya sebagai lumbung padi Asia,
serta ketersediaan barang tambang dan mineral.
Sementara itu, gempuran armada Jepang juga terjadi
di Filipina. Manila, ibukota Filipina akhirnya jatuh, dan pasukan AS terpaksa
mundur ke Semenanjung Bataan pada tanggal 23 Desember. Seiring hancurnya
pertahanan AS di Filipina, Jendral Douglas
MacArthur pun memutuskan untuk meninggalkan Filipina, sesuai dengan
perintah Franklin D. Roosevelt. Pada tanggal 11 Maret 1942, ia berangkat menuju
Australia. Dan pada 6 Mei 1942 pasukan Amerika Serikat berhasil dikalahan oleh
Jepang di Pulau Corregidor. Untuk itu sebagian besar wilayah Filipina telah dikuasai
oleh Jepang. Amerika Serikat terpaksa meninggalkan wilayah yang dahulu direbutnya
dari Spanyol itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar