Rabu, 11 April 2018

Blitzkrieg Jepang di Asia Tenggara


 Blitzkrieg Jepang di Asia Tenggara

Oleh : Adi Setiawan
Guru Sejarah SMAN 1 Sekampung Lampung Timur
email : adiabuuwais@gmail.com

Transisi tahun 1941 ke 1942 merupakan masa suram bagi kekuatan Sekutu di kawasan Asia Pasifik. Mereka harus menderita pukulan berat di mana-mana. Kekalahan demi kekalahan dialami di berbagai medan, padahal kekuatan Sekutu seperti Amerika Serikat dan Inggris, dibantu oleh Australia dan Belanda hanya menghadapi satu musuh, yakni Jepang. Keadaan dan jalannya peperangan sungguh tidak memberikan harapan cerah di kawasan tersebut.

Keberhasilan Jepang dalam menggempur armada Amerika Serikat di Pearl Harbour, membuat Jepang mulai membidik penyerangan di wilayah Asia Tenggara. Kawasan Asia Tenggara merupakan wilayah yang diincar Jepang sejak masa-masa sebelum pecahnya Perang Asia Pasifik. Harapan Jepang untuk dapat mandiri dalam bidang ekonomi, adalah kemampuan untuk menguasai wilayah Selatan Asia, yang dinamakan  Soulthern Resoure Area

Dengan menguasai wilayah yang strategis ini, Jepang tidak akan terikat lagi untuk mendapatkan sumber-sumber alami seperti karet, bijih besi, alumunium, dan cadangan minyak yang sangat dibutuhkan. Malaya dan Singapura adalah dua objek bidikan Jepang selanjutnya. Persiapan yang matang sengaja disusun Jepang. untuk menguasai dua wilayah tersebut, Jepang akan bertempur secara habis-habisan melawan armada Inggris.

Pukul 02.15 tengah malam, 8 Desember 1941, tiga kapal angkut Jepang, Awagisan Maru, Ayatosan Maru, dan Sakura Maru, tampak di Pantai Badang dan Sabak, 13 km sebelah barat daya Kota Bahru. Dalam penyerangan tersebut Jepang mengerahkan Resimen Infanteri 56, Divisi ke-18, Tentara ke-25 pimpinan Mayor Jenderal Horoshi Takumi. Pertempuran yang kemudian terjadi, berhasil dimenangkan Jepang. Kota Bahru berhasil direbut tanggal 9 Desember 1941.

Pada tanggal 10 Desember, sekali lagi terjadi bencana terhadap angkatan laut Sekutu. Setelah mendengar berita akan suatu konvoi Jepang yang melakukan pendaratan awal di Semenanjung Kra di Pantai Utara Malaya, Laksamana Sir Tom Phillips segera meninggalkan Singapura pada tanggal 8 Desember bersama battleship HMS Prince of Wales dan battlecruiser HMS Repulse dengan tujuan menghancurkan sebanyak mungkin pasukan dalam konvoi tersebut. Akan tetapi dua hari kemudian di sebelah timur Malaya, pesawat-pesawat terbang Jepang menyergap armada laut Inggris itu. Akibatnya HMS Prince of Wales dan HMS Repulse tenggelam. Bersama kapal-kapal perang tersebut, ikut tenggelam 840 orang pelaut Inggris, termasuk Laksamana Phillips.

Di hari-hari selanjutnya, armada Inggris praktis tidak bisa berbuat banyak dalam menghadapi serangan Jepang. Pada 17 Desember 1941 Jepang berhasil menguasai Penang. Kemudian pada akhir Desember 1941 Kaliamantan Utara (British Borneo) telah jatuh ke tangan Jepang. Jepang yang berhasil menguasai Malaya dan Kalimantan Utara, segera mengarahkan serangannya ke Singapura. Dengan senjata yang jauh lebih unggul dan semangat bertempur pasukannya Jepang akhirnya berhasil merebut Singapura. Pada 15 Februari 1942, Inggris menyatakan menyerah melalui Jenderal Parcival kepada perwakilan Jepang, Jenderal Yamashita.

Kemenangan demi kemenangan yang diraih Jepang, semakin membuat Jepang bergerak ofensif. Hal ini terlihat dari pertempuran yang dimenangkan oleh Jepang di wilayah Asia Tenggara lainnya. Invasi Jepang juga dilakukan di Burma (sekarang Myanmar). Wilayah Burma sendiri direbut oleh Jepang dari Inggris pada awal 1942. Burma memiliki posisi strategis sebagai negara penghubung antara Asia Tenggara, India (yang saat itu dikuasai Inggris) dan China. Selain sebagai basis pertahanan melawan Inggris, pendudukan atas Burma juga berarti akan memutus jalur suplai China. Burma juga memiliki potensi sumber daya alam yang besar dilihat dari statusnya sebagai lumbung padi Asia, serta ketersediaan barang tambang dan mineral.

Sementara itu, gempuran armada Jepang juga terjadi di Filipina. Manila, ibukota Filipina akhirnya jatuh, dan pasukan AS terpaksa mundur ke Semenanjung Bataan pada tanggal 23 Desember. Seiring hancurnya pertahanan AS di Filipina, Jendral Douglas  MacArthur pun memutuskan untuk meninggalkan Filipina, sesuai dengan perintah Franklin D. Roosevelt. Pada tanggal 11 Maret 1942, ia berangkat menuju Australia. Dan pada 6 Mei 1942 pasukan Amerika Serikat berhasil dikalahan oleh Jepang di Pulau Corregidor. Untuk itu  sebagian besar wilayah Filipina telah dikuasai oleh Jepang. Amerika Serikat terpaksa meninggalkan wilayah yang dahulu direbutnya dari Spanyol itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menyaksikan Tanah Sabrang: Film Propaganda di Era Kolonial

Sebuah gedung pertunjukan film modern diresmikan di Kota Metro, sebuah daerah yang lahir dari proses kolonisasi di masa lampau. Hadirnya bio...

Populer