HARGOMULYO SEBUAH DESA WARISAN KOLONISASI*
AGUS SETYAWAN
SISWA SMA NEGERI 1 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR
Abstrak
Digulirkannya program Politik Etis oleh Pemerintah
Hindia Belanda di awal abad 20 turut mempengaruhi dinamika penduduk di Lampung.
Kolonisasi yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda telah menjadikan Lampung
sebagai tujuan proyek kolonisasi. Kolonisasi yang dilakukan pemerintah Hindia
Belanda telah berdampak pada lahirnya desa-desa baru, salah satunya adalah Desa
Hargomulyo atau bedeng 66. Desa Hargomulyo terbentuk pada 1941 dengan mayoritas
kolonis berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pelaksanaan kolonisasi di desa
ini juga menemui problematika, terlebih di awal pembukaan lahan untuk pemukiman
dan pertanian. Masalah yang timbul tersebut seperti wabah penyakit yang dialami
oleh warga kolonis.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah 1). Bagaimanakah proses pelaksanaan kolonisasi di Desa Hargomulyo?, 2). Apa
sajakah kendala pelaksanaan kolonisasi di Desa Hargomulyo?, dan 3).
Bagaimanakah perkembangan Desa Hargomulyo hingga saat ini?. Peneltian ini
menggunakan metode : 1) heuristik, 2) kritik, 3) interpretasi, dan 4)
historiografi.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kolonisasi di Desa
Hargomulyo merupakan program kolonisasi Gedong Dalem yang memiliki kaitan
dengan proyek kolonisasi dengan 69 bedeng lainnya di sekitar Asisten Kewedanaan
Trimurjo, Pekalongan, Batanghari dan Sekampung. Pelaksaan kolonisasi di Desa
Hargomulyo tidak
langsung berjalan baik, masalah yang dialami kolonis sering menghinggapi.
Hingga tak jarang ada kolonisasi yang meninggal karena penyakit saat pembukaan
hutan.
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang pernah dijajah oleh beberapa
negara besar dari mulai Negeri Selekao Dasquinas atau Portugis
hingga Negeri Kincir Angin atau Belanda. Penjajah-penjajah
tersebut adalah negara
memberi warna dalam sejarah
Indonesia. Dari beberapa penjajah mungkin Belanda
sudah tidak terdengar asing karena dari masa VOC hingga Hindia Belanda lah salah
satu negara yang paling lama
menjajah sekitar 350 tahun. Jadi dari segi budaya politik saat ini masih
bisa kita rasakan. Salah
satunya hal yang kebijakannya masih digunakan saat ini adalah memindahkan
penduduk dari tempat yang padat ke tempat yang jarang atau yang disebut dengan
kolonisasi yang dicanangkan oleh Van De Vanter (atau yang disebut Politik Etis).
Potret nyata dari kolonisasi di tanah lado adalah
kolonisasi yang dilaksanakan di Desa Horgomulyo. Desa Hargomulyo termasuk
kedalam Asisten Kewedanaan Sekampung dan mendapatkan nomor urut 66, sehingga
masyarakat lebih lazim menyebut desa ini dengan bedeng 66.
Pelaksanaan kolonisasi di bedeng 66. Bukan tanpa masalah,
wabah penyakit seperti malaria menjumpai warga kolonis terlebih saat pembukaan
hutan belukar.
Dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah proses pelaksanaan kolonisasi di Desa Hargomulyo?
2.
Apa sajakah kendala pelaksanaan kolonisasi di Desa Hargomulyo?
3.
Bagaimanakah perkembangan Desa Hargomulyo hingga saat ini?
Dari rumusan masalah di atas maka penulis tertarik mengangkat
judul penelitian “Hargomulyo Sebuah Desa Warisan Kolonisasi.”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini memfokuskan pada pelaksanaan kolonisasi di
Desa Hargomulyo, dengan metode penilitian sejarah yang mencakup empat tahap
penelitian yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik, interpretasi dan
historiografi.
Dalam tahapan heuristik (pengumpulan sumber), penulis berusaha
mengumpulkan sumber primer. Yaitu dengan melakukan teknik pengumpulan data
secara wawancara kepada Mbah Slamet (85thn), saksi sekaligus pelaku kolonisasi
di Desa Hargomulyo. Selain wawancara, penulis juga mendapatkan sumber dokumen
monograf Desa Hargomulyo. Setelah sumber terkumpul penulis, melakukan kritik
intern dan ekstern. Tahapan kritik ini untuk menguji keabsahan data yang telah
terkumpul. Tahapan ketiga adalah interpretasi atau menafsirkan sumber. Tahap
terakhir adalah historiografi yakni penulis sejarah. Pada tahap terakhir ini
sumber atau data yang telah melalui tahapan kritik dan penafsiran
direkonstruksi menjadi sebuah tulisan sejarah.
PEMBAHASAN
Provinsi Lampung yang dahulunya namanya masih Karesidenan
Lampung adalah daerah pertama yang menjadi tujuan kolonisasi. Karesidenan
Lampung saat itu adalah penghasil karet dan lada, pemerintah Hindia Belanda
yang diwakilkan oleh H.G. Heyting lalu pergi Karesidenan Lampung untuk melakukan
kolonisasi (kaum kolonisasi tersebut berasal dari berbagai daerah di Jawa dari
mulai Blitar, Lamongan, Jember, dan lain-lain). Sesampainya di Karesidenan
Lampung kaum kolonis disebar dibeberapa wilayah Asisten Kewedanaan Lampung.
Dari sekian program kolonisasi yang dilaksanakan Pemerintah Hindia Belanda, terdapat
program kolonisasi Gedong Dalem yang mencakup 4 Asisten Kewedanan, antaranya yaitu
Asisten Kewedanaan Trimurjo terdiri dari bedeng 1 dan 20, Asisten Kewedanaan
Pekalongan terdiri dari bedeng 21 hingga 37, Asisten Kewedanaan Batanghari yang
terdiri bedeng 38 hingga 52 serta Asisten Kewedanaan Sekampung yang terdiri
dari bedeng 53 hingga 70.
Salah satu dari asisten
kewedanaan lebih
tepatnya yang ada di Asisten
Kewedanaan Sekampung ada sebuah desa yang terletak di bedeng 66 yang disebut
Desa Hargomulyo. Desa yang berbentuk sejak tahun 1941 kini sangat kental dengan
sejarah, desa yang dahulunya adalah hutan belantara kini telah menjadi desa
yang sangat maju. Desa Hargomulyo sendiri diambil dari nama desa yang ada di
Jawa Timur lebih tepatnya di Kabupaten Ngawi. Hargomulyo sendiri memiliki
makna Gunung yang mulia.
Hargomulyo yang dahulunya adalah hutan yang lebat dan jarang ada penghuninya
tidak seperti desa-desa lainnya,
Hargomulyo mulai dibangun setelah kedatangan kaum kolonis yang berasal dari
berbagai wilayah di Jawa, menurut penuturan dari Mbah Slamet bahwa “kolonisasi tidak
langsung berjalan baik dan tidak tiba-tiba sampai di Hargomulyo”.
Kaum kolonisasi memilih tinggal di tempat-tempat yang
layak digarap apalagi kaum kolonisasi lebih memilih untuk hidup bertani
ketimbang berkebun, setelah beberapa bulan pengiriman kaum kolonisasi dari
bedeng ke bedeng mulai dicanangkan salah satu dari rombongan kaum kolonisasi
tersebut diperintahkan untuk tinggal di bedeng 66, mereka mulai membuka hutan dan
mendirikan rumah-rumah khas Jawa pada saat itu.
Menurut penuturan
Mbah Slamet “banyak
orang yang meninggal karena penyakit saat pembukaan hutan”. Setelah selesai dan
bisa dihuni,
pemerintah Karesidenan
Lampung mulai membentuk sistem
pemerintahan yang dikepalai oleh Kepala Desa Hargomulyo. Setidaknya sudah
beberapa kali pergantian Kepala Desa yang dilakukan oleh Desa Hargomulyo ini adalah
daftar nama Kepala Desa Hargomulyo
:
1.
Ngadi
Wiranu 1941 – 1944
2.
Sugiman
Ibnu Saputro 1944
– 1965
3.
Buritanudin
1965 – 1967
4.
Wiryo
Wiharjo 1967
– 1969
5.
Pujodiyono 1969
6.
Soedarjo 1969 – 1998
7.
Rakimin 1998 – 2013
8.
Setyo
Harsono 2013 - Sekarang
Ada sekitar 10 RW dan 32 RT yang tersebar di Desa
Hargomulyo. Desa ini sudah banyak berubah
dari desa yang mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan kini sudah mulai
berubah menjadi desa kewirausahaan bahkan saat ini Hargomulyo dijuluki sebagai
desa penghasil batu-bata terbesar di Sekampung. Tidak hanya itu diberbagai
bidang, Desa Hargomulyo sudah melesat menjadi desa yang maju bahkan hampir
menyamai Desa Sumberdege (Ibukota
Kecamatan Sekampung) yang sudah mulai maju dalam sektor ekonominya.
PENUTUP
Simpulan
Pelaksanaan kolonisasi di Desa Hargomulyo merupakan
program kolonisasi Gedong Dalam yang memiliki kaitan dengan proyek kolonisasi
dengan 69 bedeng lainnya di sekitar Asisten Kewedanaan Trimurjo, Pekalongan,
Batanghari dan Sekampung. Pelaksaan kolonisasi di Desa Hargomulyo tidak
langsung berjalan baik, masalah yang
dialami kolonis sering menghinggapi. Hingga tak jarang ada kolonisasi yang
meninggal karena penyakit saat pembukaan hutan.
Saran
Semoga desa yang kini sudah berumur 76 tahun tetap
semangat dalam pembangun desa dan masyarakatnya. Dan pastinya pembangunan yang
terjadi tidak melunturkan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh para
pendiri desa. Dan sudah sewajibnya jika generasi muda Hargomulyo untuk mau
meluangkan waktunya untuk bersama-sama melestarikan sejarah desa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen :
Film Dokumenter Sejarah Kota Metro Monograf Desa Hargomulyo
Narasumber :
Slamet, salah satu
kolonis di Desa Hargomulyo (Kec. Sekampung)
Wawancara tanggal
21 April 2017
Catatan :
*Artikel ini telah dipublikasikan dalam lomba penulisan artikel sejarah tingkat SMA di Universitas Muhammadiyah Metro Tahun 2017.
Catatan :
*Artikel ini telah dipublikasikan dalam lomba penulisan artikel sejarah tingkat SMA di Universitas Muhammadiyah Metro Tahun 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar