Jika ada pertanyaan Bandara pertama di Lampung, rata-rata pasti akan menjawab Bandara Raden Intan II. Lalu benarkah Bandara Raden Intan II adalah lokasi penerbangan pertama di Lampung atau adakah lapangan terbang pertama sebelum itu?
Oleh: Adi Setiawan
Lapangan Terbang Enggal
(Sumber: Fotoantix)
Berbicara
mengenai dunia penerbangan di Lampung tentunya akan teringat pada salah satu
Bandar Udara (Bandara) Raden Intan II di Branti, Natar, Lampung Selatan.
Bandara Raden Intan II merupakan Bandara yang melayani penerbangan antar kota
di Indonesia, yang menjadi Bandara kebanggaan masyarakat Lampung. Bandara Raden
Intan II merupakan Bandara yang dibangun era penjajahan Jepang sekitar tahun
1943. Setelah kemerdekaan Indonesia, Bandara Raden Intan II atau yang dahulunya
dikenal dengan nama Pelabuhan Udara Branti ini dikelola oleh kesatuan TNI
Angkatan Udara. Kemudian pada tahun 1963, Pelabuhan Udara Branti secara resmi
diserahkan kepada pemerintah di Lampung. Kemudian pada 1964, pengelolaannya
diserahkan kepada Djawatan Penerbangan Sipil (DPS). Saat ini Bandara Raden
Intan II dikelola oleh PT Angkasa Pura II (AP II).
Selain
Bandara Raden Intan II di Bumi Ruwa Jurai juga tersebar Bandara lainnya. Adapun
Bandara tersebut yakni Bandara Taufiq Kiemas di Pekon Serai yang berada
di Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat dan Bandara Gatot Subroto di Way
Tuba, Kabupaten Way Kanan. Keberadaan tiga Bandara di Lampung ini diharapkan
akan mempermudah arus transportasi dan mobilisasi masyarakat di Lampung
khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Jika
Bandara Raden Intan II dan Bandara Gatot Subroto adalah dua bandara yang
dibangun pada masa penjajahan Jepang, ternyata terdapat sebuah lapangan terbang
di Lampung yang didirikan pada era kolonial Belanda. Jejak keberadaan lapangan
terbang ini memang sulit diketahui saat ini. Lapangan terbang yang memiliki
nilai sejarah penerbangan di Lampung ini, adalah Lapangan Terbang Enggal. Nama
Enggal jika dilihat dalam sisi kewilayahan adalah salah satu kecamatan di
Bandar Lampung saat ini. Letaknya strategis di kota Tapis Berseri.
Keberadaan
Lapangan Terbang Enggal di masa kolonial tentunya menjadi suatu khazanah
tersendiri bagi dunia penerbangan di Lampung. Sebagai daerah yang strategis di
Pulau Sumatra ternyata secara segi transportasi di masa lalu, daerah ini telah
memiliki sarana transportasi yang lengkap, baik itu pelabuhan laut, stasiun kereta
dan lapangan terbang.
Peta Lapangan Terbang Enggal
(Sumber: Fotoantix)
Berdasarkan
pemberitaan pada tanggal 19 November 1926 oleh Algemeen Handelsblad voor
Nederlandsch-Indië, bahwasanya Lapangan Terbang Enggal atau Vliegveld Enggal diresmikan pada tanggal 18 November
1926. Lapangan terbang ini dibangun dibekas perkebunan ketela dan jagung.
Panjang lintasan pesawat di Lapangan Terbang Enggal adalah 600 x 400 meter. Di
sisi utara lapangan, telah disiapkan lima hanggar sementara (De Sumatra Post,
26 November 1926).
Keberadaan Lapangan Terbang Enggal menjadi harapan untuk
keterhubungan Pulau Jawa dan Sumatera dalam transportasi udara di masa itu. Pada
buku 25
Tahun Penerbangan Militer Di Hindia Belanda (25 Jaar Militaire
Luchtvaart In Nederlandsch-Indië) tahun 1939 disebutkan bahwa pendaratan
pertama di Lapangan Terbang Enggal adalah pesawat6 DH9 3 DCI dan 3 C. IV. Pesawat
di bawah komando Komandan Divisi Penerbangan Mayor Staf Umum PF Hoeksema De
Groot.
Hanggar Pesawat Darurat di Lapangan Terbang Enggal
(Sumber:
Fotoantix)
Sebelum
pendaratan pertama itu dilakukan, otoritas penerbangan sebelumnya telah
melakukan pengecekan lintasan. Pemerintah menerjunkan dua petugas yakni Letnan
Pilot UMJ Wegener dan Kepala Kantor Penarikan LA-TD Walraven (M. van Heselen, 1939:67).
Adapun lintasan pacu pesawat kondisi saat itu berupa hamparan tanah berumput.
Pada
hari peresmian Lapangan Terbang Enggal, banyak koran yang memberitakan tentang
sambutan masyarakat yang antusias. Bagi masyarakat melihat penerbangan pesawat
menjadi suatu pengelaman yang berkesan, terlebih bagi mereka yang tidak
familiar dengan pesawat sebelumnya. Bahkan diberitakan bahwa hari peresmian Lapangan
Terbang Enggal diibaratkan sebagai hari raya di Teluk Betung. Kantor-kantor
pemerintah dan sekolah-sekolah libur, sementara sebagian besar kantor
pemerintah hanya bekerja setengah hari pada hari itu (Algemeen Handelsblad Voor
Nederlandsch-Indië, De Sumatra Post).
Berita Peresmian Lapangan Terbang Enggal
(Sumber: Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië, 19 November 1926)
Peresmian
Lapangan Terbang Enggal yang menyita perhatian banyak orang, juga dihadiri
Residen Volmering. Untuk pertama kalinya dilakukan penerbangan perdana
dari Lapangan Terbang Andir (Bandung) menuju Lampung. Seperti yang dituliskan
di awal penerbangan dikomandoi oleh PF Hoeksema De Groot. Ia bersama kesatuanya
mengendarai 6 pesawat Fokker dan 6 De Havillands dengan rute Andir melalui
Batavia (Jakarta) untuk mendarat di Enggal (Bataviaasch Nieuwsblad,
19 November 1926).
Referensi:
M.
van Heselen. 1939. 25 Jaar Militaire Luchtvaart In Nederlandsch-Indië
1914-1939. Militaire Luchtvaart In Nederlandsch-Indiƫ
Algemeen
handelsblad voor Nederlandsch-Indië, 19 November 1926
Bataviaasch Nieuwsblad,
19 November 1926
De Sumatra Post,
26 November 1926
Tidak ada komentar:
Posting Komentar