Kamis, 19 Desember 2024

Kunjungan Mohammad Hatta di Lampung

Mohammad Hatta adalah wakil presiden Republik Indonesia pertama. Ia tercatat sebagai salah satu tokoh yang pernah mengunjungi Lampung. Apa yang dilakukannya saat berkunjung di Lampung? Serta daerah mana sajakah yang ia kunjungi?

 Oleh: Adi Setiawan

 

Kunjungan Mohammad Hatta di Lampung

(Sumber: Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Metro)


Melangkahkan waktu di bulan Desember tentunya akan teringat pada satu peristiwa penting bagi bangsa Indonesia, Konferensi Meja Bundar (KMB) di tahun 1949 yang hasilnya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Jalan terjal dan berdarah-darah telah dilalui oleh bangsa Indonesia selama masa revolusi fisik. Perjuangan itu terus berlanjut hingga pada perundingan yang paling bersejarah antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda. Pada perundingan yang berlangsung di negeri Belanda itu, pemerintah Indonesia dipimpin oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta. Puncaknya ditandatangani hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 27 Desember 1949.

Selalu ada yang unik dari Mohammad Hatta, tokoh Indonesia kelahiran Sumatra Barat ini merupakan wakil presiden Indonesia yang pertama. Tidak banyak yang tahu jika Mohammad Hatta sewaktu ia lahir orang tuanya memberi nama Mohammad Athar. Pria yang hobi membaca ini adalah anak dari saudagar dari Sumatra Barat. Masa kecil Hatta banyak dihabiskan di kampung halaman di Sumatra Barat. Menghabiskan waktu bersama teman-temannya dengan belajar dan mengaji di surau dekat rumahnya. Namun di luar kegiatan itu Hatta adalah anak yang hobi bermain sepak bola.

Setelah lulus sekolah di Sumatra Barat ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Batavia. Di sana ia tinggal bersama pamannya. Setelah menamatkan Sekolah Dagang di Batavia, Hatta kemudian melanjutkan pendidikan di Rotterdam. Selama di Belanda Hatta tidak menyia-nyiakan waktunya untuk menimba ilmu. Bahkan ia sempatkan untuk berkeliling Eropa menyuarakan kepada dunia agar Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda. Karena saat itu negara kita ini masih dikuasai oleh Belanda. Hatta melihat banyak penderitaan dialami oleh rakyat karena sikap Belanda yang semena-mena terhadap rakyat Indonesia. Jiwa Hatta bersama kawan-kawannya terpangil untuk membebasakan rakyat Indonesia walaupun harus dihadapinya dengan hukuman penjara dan pembuangan oleh pemerintah penjajah Belanda.

Setelah ia memperoleh Sarjana Ekonomi dari Univeritas Roterdam, Hatta kembali ke Indonesia dan meneruskan perjuangan. Jika selama di Belanda ia berjuang dengan organisasi Perhimpunan Indonesia, setelah pulang ia bergabung dengan organisasi Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru). Selama berjuang ia banyak berkolaborasi dengan Ir. Soekarno dan tokoh lainnya seperti Soetan Sjahrir. Belanda yang tidak suka dengan perjuangan Hatta, kemudian menangkap dan membuangnya ke Boven Digul (Papua Barat), ia kemudian di pindahkan ke Banda Neira, Pulau Maluku.

Selama di tanah pembuangan, ia tetap berjuang dengan menulis gagasannya lewat koran-koran. Yang unik lain dari Hatta, ia adalah seorang kutu buku. Tidak main-main koleksi bukunya jumlahnya beribu-ribu. Buku itu sudah ia kumpulkan sejak ia kuliah di Belanda. Jika tidak heran jika Hatta adalah salah satu tokoh Indonesia yang pandai menulis. Selama di Banda Neira, Hatta mendapat julukan jam berjalan oleh penduduk di sana. Hal itu karena sikap Hatta yang sangat disiplin, ia selalu memulai dan melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Sebagai contoh jika Hatta telah berjalan melewati kebun pala warga berarti sudah menunjukan pukul 4 sore. Dari situlah munculnya sebutan jam berjalan dari warga Banda Neira untuk Hatta.

Saat Jepang menyerang Indonesia di tahun 1942, oleh Belanda Hatta dibawa ke Sukabumi. Setalah Jepang menggantikan kekuasaan dari Belanda di Indonesia, Hatta tetap meneruskan perjuangan dengan menjadi pengurus organisasi Putera bersama Ir. Soekarno, Ki Hajar Dewantara, dan K.H Mas Manshur. Di akhir penjajahan Jepang Ir. Soekarno dan Hatta sempat diculik ke Rengasdengklok oleh sekelompok pemuda yang menuntut proklamasi kemerdekaan segera dilakukan. Atas musyawarah bersama, keduanya kemudian dibebasakan dan pulang kembali Jakarta guna menyusun teks proklamasi. Keesokan hari tanggal 17 Agustus 1945 Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di kediaman Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Pada sidang PPKI, Mohammad Hatta kemudian terpilih sebagai wakil presiden Republik Indonesia.

Sebagai seorang wakil presiden, Mohammad Hatta tentunya berpengaruh dalam roda pemerintahan Republik Indonesia. Kesibukan sebagai wakil presiden membawa Hatta menjalani kunjungan kenegaraan baik di daerah maupun di luar negeri. Lampung adalah salah satu daerah yang pernah dikunjungi oleh Hatta, baik saat statusnya masih wakil presiden maupun setelah tidak lagi menyadang gelar wakil presiden. Dokumentasi kunjungan Mohammad Hatta di Lampung terekam dalam beberapa foto dan pemberitaan koran. Kunjungan Hatta di Lampung tentunya sebagai bentuk menjalankan pemerintahan sekaligus menemui rakyat yang ia cintai.

 

Kunjungan Mohammad Hatta di Gedong Tataan

(Sumber: Algemeen Indisch Dagblad de Preangerbode, 10-7-1954)

 Foto di atas adalah salah satu pemberitaan dalam Algemeen Indisch Dagblad de Preangerbode tanggal 10 Juli 1954 yang menerangkan kunjungan Mohammad Hatta di Gedong Tataan, Lampung. Dalam kunjungan tersebut Hatta disambut oleh penduduk Lampung, diantara mereka terdapat gadis berpakaian adat Lampung dengan mengenakan siger.

Selain foto di atas, terdapat dokumentasi lain tentang kunjungan Hatta di Lampung. Pada publikasi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Metro terdapat beberapa foto Mohammad Hatta yang menyambangi rakyat di alun-alun atau lapangan merdeka Metro. Pada 3 Juli 1954 Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia, Mohammad Hatta mengadakan kunjungan ke beberapa tempat di Lampung Tengah untuk meninjau pembuatan dam pengairan dan Rapat Umum di Metro.

 

Sambutan Masyarakat Metro saat Kunjungan Mohammad Hatta

(Sumber: Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Metro) 

   
Hatta meninjau Proyek Irigasi di Lampung

(Sumber: Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Metro) 

Kunjungan Mohammad Hatta tak cukup sampai tahun 1954 itu saja di Lampung. Setelah ia melepaskan statusnya sebagai wakil presiden pada 1 Desember 1956, Hatta masih menyempatkan diri berkunjung di Lampung. Koran Het Nieuwsblad Voor Sumatra, pada pemberitaan 21 Juni 1957 menerangkan bahwa di Lampong saat ini sedang disiapkan panitia oleh pemerintah setempat yang akan mengatur kunjungan Dr. Mohammad Hatta ke daerah ini. Panitia penyambutan terdiri dari staf gubernur militer setempat dan pejabat sipil, dibantu oleh tokoh masyarakat Tanjungkarang. Kunjungan Hatta di Lampung ini adalah sebagai bagian dari tur ke Sumatra Selatan. Saat itu Hatta mengunjungi daerah lain seperti Palembang, Plaju, Sungau Gerong, Tanjungeneim, Bangka dan Belitung. Kunjungan di Lampung diperuntukan untuk meninjau proyek-proyek transmigrasi (Algemeen Indisch Dagblad: de Preangerbode, 17 Juni 1957). 

Kunjungan Hatta di Kota Metro

(Sumber: Indische Courant voor Nederland, 17-7-1957) 

Dalam kunjungannya ke Sumutra Selatan, mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta juga sempat mengunjungi Kota Metro. Masyarakat tempat ini menyambut kedatangan Hatta dengan sangat hangat. Saat bertemu warga Metro, Mohammad Hatta memberi usulan untuk menabung kepada penduduk. Maka dari usulan Hatta tersebut dicanangkanlah kampanye menabung. Oleh karena itu sebagai bagian dari perayaan 17 Agustus di tahun 1957 itu, kampanye menabung akan dimulai di Metro (Lampung Tengah), dengan setiap penduduk menerima Rp 1. Kampanye menabung ini diselenggarakan sesuai dengan usulan mantan Wakil Presiden Hatta saat berkunjung ke daerah tersebut untuk menggalang modal bagi pendirian bank pinjaman petani. Pada Hari Peringatan tersebut, masyarakat Lampung Tengah juga akan ikut serta dalam pekerjaan perbaikan jalan di kampung-kampung (Java Bode, 8 Agustus 1957).

Referensi:

Algemeen Indisch Dagblad:de Preangerbode,10 Juli 1954

Algemeen Indisch Dagblad: de Preangerbode, 17 Juni 1957

Het Nieuwsblad Voor Sumatra, 21 Juni 1957

Indische Courant voor Nederland, 17 Juli 1957

Java Bode, 8 Agustus 1957


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Melawan Lupa: Rapat Umum Ir. Sukarno di Lampung

Ir. Sukarno bertindak sebagai kepala negara sering melakukan perjalanan ke daerah guna meninjau pemerintahan. Kunjungan Presiden Indonesia p...

Populer