Minggu, 21 Desember 2025

Sistem Irigasi Batanghari Utara: Jejak Sejarah dan Visi Ketahanan Pangan

Keberadaan Bendung Garongan atau Swadaya menjadi satu fasilitas pengairan yang dikenal oleh masyarakat di wilayah Pekalongan dan Purbolinggo. Bendung ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistem irigasi Batanghari Utara. 

Oleh: Adi Setiawan

Bendung Garongan
(Sumber: Adi Setiawan, 2025) 

Sistem Irigasi Batanghari Utara, atau yang secara historis dikenal dengan nama Batanghari Noord, bukanlah sebuah proyek yang lahir secara instan. Keberadaannya memiliki akar sejarah yang panjang, merentang hingga masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Berdasarkan arsip peta yang disusun pada tahun 1940, terlihat jelas bahwa cetak biru sistem irigasi ini telah direncanakan dengan sangat matang. Dalam peta tersebut, para perancang kolonial telah menggambarkan sebuah skema bendung atau dam lengkap dengan jaringan saluran irigasi primer yang membelah wilayah Lampung Timur. Perencanaan ini bukan tanpa tujuan; proyek Batanghari Noord merupakan bagian integral dari strategi besar pemerintah kolonial dalam mendukung perluasan wilayah Kolonisasi Sukadana.

Bukti sejarah ini diperkuat oleh pemberitaan surat kabar De Indische Courant edisi 28 Januari 1939. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa pada awal dekade 1940-an, pemerintah kolonial telah mencanangkan pembukaan area kolonisasi baru di wilayah utara. Untuk merealisasikan visi tersebut, Ir. A.P. Wehlburg ditunjuk untuk memimpin studi lapangan guna memetakan kondisi medan dan menentukan teknis perluasan wilayah. Rencana ambisius ini sedianya akan dieksekusi pada rentang tahun 1943 hingga 1944. Meskipun dinamika politik dunia kemudian berubah akibat Perang Dunia II, garis-garis saluran irigasi yang tertuang dalam peta tahun 1940 tersebut tetap menjadi landasan fisik yang sangat akurat, di mana jalur-jalurnya hampir persis dengan jaringan irigasi yang kita temukan saat ini.

Pasca terbentuknya pemerintahan Republik Indonesia, visi pengairan yang sempat tertunda di masa kolonial mendapatkan nafas baru. Pemerintah Indonesia menunjukkan keseriusan yang tinggi dalam melanjutkan pembangunan infrastruktur irigasi sebagai fondasi kedaulatan pangan nasional. Dalam garis waktu sejarah, terdapat dugaan kuat bahwa pembangunan fisik Bendung Garongan, yang juga dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Bendung Swadaya, berhasil diselesaikan pada tahun 1952. Pembangunan ini memanfaatkan aliran Way Batanghari sebagai sumber utama untuk menyuplai air ke area persawahan yang kian meluas di Lampung Timur.

Nilai strategis Bendung Garongan di mata pemerintah pusat terbukti dengan kehadiran tokoh bangsa. Pada tanggal 3 Juli 1954, Wakil Presiden Mohammad Hatta melakukan kunjungan kerja atau peninjauan langsung ke lokasi bendung ini. Kunjungan Bung Hatta bukan sekadar seremonial, melainkan sebuah penegasan betapa pentingnya infrastruktur irigasi bagi stabilitas ekonomi rakyat pedesaan. Di lokasi tersebut, beliau memantau progres pembangunan serta memastikan fungsi teknis infrastruktur pengairan berjalan optimal. Momentum ini menjadi catatan sejarah penting yang menempatkan Sistem Irigasi Batanghari Utara sebagai prioritas pembangunan nasional sejak dekade awal kemerdekaan Indonesia.

Estafet pembangunan terus berlanjut melintasi zaman. Memasuki periode pemerintahan Orde Baru hingga era modern saat ini, kapasitas Sistem Irigasi Batanghari Utara terus ditingkatkan melalui berbagai program rehabilitasi dan modernisasi. Berdasarkan data teknis terbaru, sistem irigasi ini telah berkembang menjadi jaringan yang sangat masif. Saat ini, panjang saluran induk atau saluran primer mencapai 32.200 meter, yang kemudian didistribusikan lebih lanjut melalui jaringan saluran sekunder sepanjang 29.246 meter. Keberadaan jaringan yang terstruktur dari tingkat primer, sekunder, hingga tersier ini memastikan distribusi air dapat menjangkau lahan secara presisi.

Menurut studi evaluasi yang dilakukan oleh Mardika dkk (2024), daerah irigasi ini kini memiliki luas fungsional mencapai 5.430,89 hektar. Luas lahan yang sangat signifikan ini menjadi tumpuan bagi ribuan petani di dua wilayah administratif utama, yakni Kecamatan Purbolinggo dan Kecamatan Way Bungur. Dengan efisiensi saluran yang terus terjaga, sistem ini mampu mempertahankan produktivitas padi di wilayah tersebut, menjadikan kedua kecamatan ini sebagai lumbung pangan yang krusial bagi Kabupaten Lampung Timur. Keberhasilan pengelolaan air ini secara langsung berdampak pada peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat agraris di sekitarnya.

Di luar fungsi teknisnya yang vital bagi pertanian, Bendung Garongan yang terletak di Desa Gondangrejo, Kecamatan Pekalongan, juga memiliki dimensi sosial yang kental. Sebagaimana diungkapkan oleh Utara Setya Nugraha, seorang pemerhati sejarah lokal, bendung ini telah lama bertransformasi menjadi ruang publik dan destinasi wisata alternatif. Keindahan arsitektur bendung yang berpadu dengan ketenangan air sungai menciptakan daya tarik visual yang memikat masyarakat lokal. Warga sering kali datang berkunjung pada sore hari atau saat hari libur untuk sekadar menikmati pemandangan alam, bersantai, atau berfoto di sekitar struktur bendungan yang bersejarah.

Selain sebagai tempat rekreasi keluarga, kawasan genangan air di Bendung Garongan menjadi surga tersembunyi bagi para penghobi memancing. Kondisi perairan yang tenang dan ekosistem sungai yang terjaga menjadikan area genangan ini sebagai lokasi favorit untuk menyalurkan hobi. Keberadaan para pemancing yang rutin berkumpul di titik-titik genangan air menambah semarak suasana di sekitar bendungan, sekaligus menciptakan interaksi sosial antarwarga. Dengan demikian, Bendung Garongan menjalankan peran ganda yang harmonis: sebagai jantung pengairan bagi ribuan hektar sawah, sekaligus sebagai paru-paru sosial dan tempat wisata yang menghidupkan kebahagiaan masyarakat di Lampung Timur.


Referensi: 

De Indische Courant, 28 Januari 1939

Mardika, M. G. I., Fitriana, I. R., & Priyono, A. (2024). Evaluasi Efisiensi Rehabilitasi Saluran Irigasi pada Daerah Irigasi Batanghari Utara Kabupaten Lampung Timur. Journal of Civil Engineering and Infrastructure Technology, 3 (2).

Utara Setya Nugraha, pemerhati sejarah Kec. Pekalongan (wawancara, 18 Desember 2025)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sistem Irigasi Batanghari Utara: Jejak Sejarah dan Visi Ketahanan Pangan

Keberadaan Bendung Garongan atau Swadaya menjadi satu fasilitas pengairan yang dikenal oleh masyarakat di wilayah Pekalongan dan Purbolinggo...

Populer