Rabu, 11 April 2018

SRI LANKA DALAM SUDUT PANDANG SEJARAH


SRI LANKA DALAM SUDUT PANDANG SEJARAH

 
Oleh : Adi Setiawan
Guru Sejarah SMAN 1 Sekampung Lampung Timur 
email: adiabuuwais@gmail.com



Sri Lanka adalah negara pulau yang terletak di sebelah selatan India. Nama Sri Lanka diambil dari bahasa Sansekerta. Kata Sri berarti  ‘suci’, sedangkan  Lanka berarti ‘pulau’. Sri Lanka merupakan wilayah yang pernah mengalami penjajahan oleh beberapa bangsa dari Eropa seperti Portugis, Belanda dan Inggris.

Saat masih dikuasai oleh bangsa-bangsa Eropa, negara pulau tersebut menggunakan nama Ceylon. Nama Ceylon mulai disematkan saat Portugis berlabuh pada tahun 1505. Ceylon sendiri berasal dari bahasa Portugis, ‘Ceilao’. Dan nama ini masih dipertahankan saat Sri Lanka dijajah oleh Inggris.

Mengenai sejarah tentang asal-muasal Sri Lanka dijadikan hunian oleh manusia, setidaknya ada catatan mengenai itu, bahwa keberadaan pulau itu baru disadari ketika sekitar 700 warga Sinhala yang terusir dari utara India mendarat di pulau itu. Migrasi 700 warga Sinhala ke pulau itu (yang sekarang Sri Lanka) terjadi setelah Pangeran Vijaya, putera seorang raja Kerajaan Asoka dari utara India diusir dari negerinya karena melakukan pelanggaran. Ia kemudian memebawa 700 warga Sinhala berlayar ke selatan. Tanpa mereka duga sebelumnya mereka sampai di sebuah pulau.

Dalam catatan ahli geografi, keberadaan pulau ini sepertinya sudah cukup dikenal. Ahli geografi Yunani masa lampau menyebut pulau ini dengan Taprobane sedangkan ahli geografi Arab menyebutnya Serendib.

Sri Lanka Pada Masa Kerajaan Bercorak Hindu-Budha

Pada masa lalu di Sri Lanka tumbuh kerajaan Anuradhapura, kerajaan ini bercorak agama Budha. Kerajaan ini didirikan oleh warga Sinhala dengan raja pertamanya bernama Pandukabhaya. Bagi pemerintahan yang ada di India, Sri Lanka merupakan wilayah yang harus ditaklukan. Kerajaan-kerajaan seperti Chola, Pallava dan Pandya berusaha merebut Sri Lanka dari tangan penguasa Sinhala.

Ekspansi kerjaan-kerajaan Hindu dari India akhirnya dapat mendesak bangsa Sinhala. Mereka terpaksa menyingkir ke bagian selatan Sri Lanka. Di daerah yang baru tersebut mereka mengembangkan ekonomi dengan berdagang rempah-rempah dan gajah.

Pada pertengahan abad kedua sebelum Masehi, sebagian besar wilayah utara Ceylon dikuasai Kerajaan Chola dari selatan India, yaitu sebuah kerajaan Tamil di bawah Dinasti Lambakarna. Kekuasaan mereka yang terus berlanjut, membuat Kerajaan Anuradhapura runtuh pada abad ke-10 Masehi.

Setelah Kerajaan Anuradhapura runtuh, muncul kerajaan lain yang didirikan bangsa Sinhala yaitu Kerajaan Polonnaruwa. Setelah Kerajaan Polonnaruwa runtuh, bangsa Tamil kemudian mendirikan kerajaan baru sebagai penerus dari kekuasaan Kerajaan Chola yang berpusat di Jaffna.

Saat Portugis berlabuh di Sri Lanka, setidaknya di wilayah ini terdapat tiga kerajaan besar yaitu, Kerajaan Tamil, Kerajaan Sinhala Kotte dan Kerajaan Sinhala Kandy.

Sri Lanka Pada Masa Kekuasaan Bangsa Eropa

Sebagimana halnya Asia pada awal abad 16 Masehi yang mendapat kunjungan dari Bangsa Eropa, Sri Lanka juga dikunjungi oleh Portugis yakni tahun 1505. Kedatangan Portugis di Sri Lanka dibwah pimpinan Lorenco de Almeida. Mereka mendapat sambutan baik dari Raja Sinhala Kotte, Bhuvanekabahu. Antara Portugis dan Kotte terjadi terjadi hubungan perdagangan rempah-rempah, lebih dari itu Portugis juga diberi izin membangun benteng pertahanan.

Hubungan Portugis dengan dua kerajaan lain tidak begitu efektif. Tidak ada hubungan perdagangan yang berarti antara Portugis dengan Kerajaan Tamil maupun Sinhala Kandy. Yang terjadi justru peperangan antara Portugis dengan Kerajaan Tamil. Dalam peperangan tersebut Portugis berhasil menaklukan Kerajaan Tamil, Portugis mampu bertahan di Sri Lanka dari taun 1619 sampai 1658. Setelah 1658 wilayah Sri Lanka diambil alih Belanda hingga taun 1795. Selebihnya Sri Lanka diduduki Inggris hingga Sri Lanka resmi merdeka pada 4 Februari 1948.

Referensi : Sukarjaputra, Y.R. 2010. Auman Terakhir Macan Tamil Perang Sipil Sri Lanka 1976-2009. Jakarta : Kompas

Oleh : Adi Setiawan (Jumat, 31 Maret 2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menyaksikan Tanah Sabrang: Film Propaganda di Era Kolonial

Sebuah gedung pertunjukan film modern diresmikan di Kota Metro, sebuah daerah yang lahir dari proses kolonisasi di masa lampau. Hadirnya bio...

Populer