Rabu, 11 April 2018

SAAT SOETOMO DIANCAM DROP-OUT


SAAT SOETOMO DIANCAM DROP-OUT


Oleh : Adi Setiawan
Guru Sejarah SMAN 1 Sekampung Lampung Timur 
email: adiabuuwais@gmail.com



Bagi bangsa Indonesia tanggal 20 Mei adalah suatu momentum yang mengingatkan pada lahirnya organisasi pergerakan Budi Utomo di tahun 1908. Budi Utomo merupakan sebuah  organisasi yang bercita-cita memajukan pendidikan, khusus bagi golongan priyayi Jawa. Munculnya Budi Utomo tidak lepas dari figur Dr. Wahidin Soedirohoesodo, seorang dokter sekaligus priyayi Jawa yang memiliki harapan tentang pendidikan bagi anak-anak di pulau Jawa kala itu.

Sebelum Budi Utomo lahir, Wahidin mencoba menarik kalangan priyayi agar mereka turun tangan dalam bidang pendidikan, yakni dengan memberikan bantuan keuangan –studiefonds- bagi anak-anak di Jawa. 

Nampaknya harapan dari Wahidin saat itu belum mendapat sambutan positif dari para priyayi. Hingga pada 1907 ia terus melakukan kampanye tentang pentingnya dana pendidikan, Wahidin kemudian singgah di Batavia. Di kota ini Wahidin berjumpa dengan kalangan pemuda progresif dari lembaga sekolah dokter Jawa –STOVIA- diantaranya adalah Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Soeradji, dan Soewarno.

Ide Wahidin tentang perlunya studiefonds kemudian memberikan pengaruh bagi dua orang mahasiswa STOVIA yakni Soetomo dan Soeradji. Mereka terkesan dengan penjelasan Wahidin. Ketika berpamitan hendak melanjutkan kampanye studiefonds ke Banten, Soetomo menyatakan kepada Wahidin, “Punika satunggaling padamelan sae sarta nelakaken budi utomi.

Kalimat tersebut memiliki arti “ini merupakan perbuatan baik serta mencerminkan keluhuran budi.” Soeradji menangkap dua patah kata ucapan Soetomo terakhir untuk menjadi nama organisasi mereka, demikian tulis Gamal Komandaka dalam Boedi Oetomo Awal Bangkitnya Kesadaran Bangsa.

Budi Utomo secara resmi lahir pada 20 Mei 1908. Namun sebenarnya organisasi ini bukanlah organisasi pertama di Hindia Belanda kala itu. Sebelum Budi Utomo setidaknya ada beberapa organisasi seperti Tiong Hoa Hwee Koan yang dibentuk orang-orang China, Madiwara, Suria Sumirat, dan Al- Jam’iyat al Khairiyah yang didirikan orang-orang Arab.

Organisasi Budi Utomo yang dibentuk oleh sekelompok mahasiswa STOVIA, kemudian sempat mendapat tentang dari guru-guru STOVIA. Beberapa guru STOVIA merasa risau melihat Soetomo dan kawan-kawannya lebih aktif dalam Budi Utomo. Itu sebabnya para guru STOVIA pernah mengancam akan mengeluarkan Soetomo dari STOVIA dan menuduh Soetomo berusaha melawan pemerintah kolonial, tulis Gamal Komandaka.

Dalam Kenang-kenangan 1933, Sotomo mengisahkan;  “Sekali peristiwa saya hampir-hampir dikeluarkan dari sekolah dokter itu, oleh karena kedudukan saya sebagai ketua organisasi kami. Sementara guru menuduh saya hendak berusaha melawan pemerintah. Menjawab tuduhan ini, atas usul Goenawan, teman-teman kami pun minta agar mereka juga dikeluarkan jika saya keluar.”

Untungnya ancaman drop-out tersebut tak sempat jadi kenyataan, Soetomo dan kawan-kawan masih diizinkan menjadi mahasiswa STOVIA. Hal ini bisa jadi karena pemerintah kolonial saat itu belum begitu yakin tentang kegiatan-kegiatan Budi Utomo. Pemerintah masih meraba-raba apakah Budi Utomo adalah sebuah organisasi radikal atau organisasi moderat. Di sini jelas bahwa pemerintah kolonial saat itu belum dapat memvonis garis politik organisasi Budi Utomo, apalagi menyangkut tindakan yang harus diberikan bagi para pengurus organisasi ini.

Namun sejarah berkata lain, Soetomo dan kawan-kawan yang “lolos” ancaman drop-out dari guru-guru STOVIA. Mereka mendapat kenyataan, bahwa terjadinya kongres pertama di Yogyakarta di awal Oktober 1908, adalah sebuah pil pahit bahi Soetomo dan para mahasiswa STOVIA. Pasal, dalam kongres tersebut mereka tersingkir dari Badan Pengurus Budi Utomo. 

Dari sembilan nama pada pengurus Budi Utomo semuanya diduduki oleh para priyayi tua dan tanpa memberikan satu tempat duduk pun bagi pengurus lama yang sebelumnya adalah para mahasiswa STOVIA. Soetomo dan kawan-kawannya merasa dikeluarkan dari “perahu” Budi Utomo, hingga kemudian secara terpaksa mereka harus meninggalkan kegiatan di organisasi tersebut. Setelah keluar dari kepengurusan Budi Utomo mereka kemudian lebih fokus di bangku STOVIA, suatu perguruan  yang kemudian menghantarkan mereka meraih titel Dokter Jawa.

Disusun Oleh : Adi Setiawan
Kamis, 18 Mei 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menyaksikan Tanah Sabrang: Film Propaganda di Era Kolonial

Sebuah gedung pertunjukan film modern diresmikan di Kota Metro, sebuah daerah yang lahir dari proses kolonisasi di masa lampau. Hadirnya bio...

Populer