Sabtu, 28 Maret 2020

PEMBIASAAN PEMBELAJARAN SEJARAH DI LINGKUNGAN KELUARGA



PEMBIASAAN PEMBELAJARAN SEJARAH 
DI LINGKUNGAN KELUARGA

Oleh: Adi Setiawan

10+ Contoh Wawancara Singkat Dengan Narasumber Pedagang | The Book 
Wawancara (abundancthebook.com)




Sebagian kalangan menyebut sejarah sebagai suatu media yang berperan penting bagi pembelajaran seorang manusia, sehingga muncul sebuah ungkapan bahwa sejarah adalah guru yang bijaksana. Ungkapan tersebut memang memiliki dasar yang cukup. Peristiwa ataupun pengalaman dari individu maupun warga-masyarakat sebuah negara memberikan pengaruh bagi individu atau masyarakat sebuah negara yang bersangkutan. Walaupun seorang individu tidak secara langsung menjadi subjek dalam suatu peristiwa, akan tetapi jika individu itu tahu peristiwa yang ia dengar atau baca, secara sadar atau pun tanpa disadari peristiawa itu akan memiliki pengaruh bagi individu yang mendengar atau membacanya. 

Apalagi jika peristiwa yang terjadi menempatkan seorang individu sebagai subjek di dalamnya, maka pengaruh yang diberikan dari suatu peristiwa kepada individu akan semakin besar. 

Sejarah sebagai ilmu mempelajari peristiwa masa lampau tentu tidak dapat dilepaskan dari manusia. Manusia memiliki peran yang penting dalam sejarah. Karena apabila kita teliti kembali suatu peristiwa sejarah  tidak akan mungkin dapat dikatakan sejarah jika tanpa adanya tiga unsur yakni manusia, ruang dan waktu. Dalam sejarah manusia bertindak sebagai subjek, manusia yang menjadi pelaku dari suatu peristiwa sejarah dimana ruang menjadi latar terjadinya peristiwa dan waktu sebagai dimensi terjadinya peristiwa sejarah.

Di dalam sejarah sungguh manusia bukan sekedar menjadi subjek dalam suatu peristiwa. Jika kita kaitkan sejarah sebagai kisah tentu manusia juga menjadi agen yang cukup fundamental dalam tersusunnya suatu peristiwa menjadi kisah yang menarik untuk dipahami. Manusia atau juga sering disebut sejarawan memiliki peran yang besar dalam merangkai peristiwa-peristiwa sejarah menjadi suatu kisah sejarah. Walaupun demikian pengisahan sejarah tentunya tidak hanya dimonopoli oleh para sejarawan saja. Setiap masyarakat dan individu tentu dalam kehidupan selalu melewati peristiwa-peristiwa, mungkin peristiwa-peristiwa itu tidak semuanya menjadi bahan yang dapat selalu digarap oleh seorang sejarawan. 

Apalagi jika peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat atau individu kadar nilai penting dan pengaruhnya dirasa kurang bagi khalayak luas. Namun yang menjadi hal menarik untuk diperbincangkan adalah akan kah karena kadar peristiwa yang kurang berpengaruh bagi khalayak luas itu kemudian kita lupakan saja? Bukankah setiap peristiwa sejarah memiliki manfaat, terutama dalam penyampaian informasi dan pesan bagi generasi penerusnya. 

Hal inilah yang sesungguhnya ingin penulis diskusikan, peristiwa atau pengalaman yang dimiliki seorang individu baik perannya dalam keluarga dan masyarakat walaupun kadar pengaruhnya tidak ada bagi masyarakat luas tetapi jika kita telaah peristiwa yang dialami seorang individu nampaknya juga memberikan pengaruh walaupun dengan kadar yang relatif kecil.

Dalam kaitannya dengan ini adalah pentingnya dalam keluarga untuk menumbuhkan sejarah lisan bagi generasinya. Jika kita sudah mahfum dengan cerita dongeng yang diceritakan oleh orang tua kepada anaknya, mungkin hal ini bisa menjadi hal menarik untuk diadopsi dalam menumbuhkan sejarah lisan di lingkungan keluarga. Dengan keluarga baik ayah, ibu, kakek, nenek maupun anggota keluarga lainya memiliki niat dan aksi dalam menumbuhkan sejarah lisan di dalam lingkungan keluarga tentu akan berdampak pada manusia Indonesia yang mencintai sejarah keluarga dan sejarah bangsanya. Sehingga dengan demikian dapat diharapkan manusia Indonesia bukan sekedar belajar sejarah namun juga dapat belajar dari sejarah. 

Penuturan sejarah nasional oleh keluarga yang terjadi di dalam masyarakat dapat dikatakan masih sangat minim. Sebagian besar warga masyarakat memperoleh informsi atau belajar sejarah hanya saat di bangku sekolah. Hal ini pun masih memiliki persoalan yakni tidak semua peristiwa sejarah diajarkan di lembaga pendidikan sehingga peristiwa-peristiwa sejarah yang lain tidak diketahui oleh peserta didik. 

Kaitannya dengan pembelajaran sejarah, melibatkan peserta didik dalam menemukan masalah atau materi pembelajaran adalah suatu hal yang masih jarang dilakukan oleh guru. Peserta didik hanya bertindak sebgai pihak penerima informasi. Mereka bersifat pasif, hingga pembelajaran berjalan monoton karena hanya didominasi guru. Hal itu terjadi tidak terlepas dari kebiasaan guru yang memberikan pengajaran dengan metode ceramah yang kadang pula mereka hanya mendiktekan materi kepada peserta didik.

Pembelajaran aktif dengan melibatkan peserta didik menggali informasi di lingkungannya merupakan hal yang perlu dikembangkan. Peserta didik seolah bertindak sebagai “detektif masa lalu” yang berusaha merangkai informasi hasil wawancara dari pelaku sejarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menyaksikan Tanah Sabrang: Film Propaganda di Era Kolonial

Sebuah gedung pertunjukan film modern diresmikan di Kota Metro, sebuah daerah yang lahir dari proses kolonisasi di masa lampau. Hadirnya bio...

Populer