Sabtu, 18 Februari 2023

Kiai Haji Wakhia dalam Perang Raden Intan II

Penulis: Adi Setiawan

 

Ilustrasi Perang Raden Intan II 
(Sumber: perpus.tasikmalayakab.go.id)

Malang nian rakyat Lampung di zaman Belanda. Lada dan harta selalu diminta oleh penjajah Belanda. Mereka menjajah dan menumpahkan darah rakyat demi kepuasan dunia. Awal mula kedatangan Belanda ke Lampung karena tergiur dengan semerbak wangi lada. Mulanya mereka melakukan perdagangan dengan rakyat dan penguasa. Namun karena sikap tamak dan rakus, mereka kemudian melakukan peperangan, menangkap dan membuang penguasa yang berani membangkang.

Rakyat Lampung merasa muak melihat tingkah polah Belanda. Hidup damai yang sebelumnya mereka rasakan sirna setelah kedatangan mereka. Para penguasa Lampung kemudian angkat senjata, berusaha untuk mengenyahkan Belanda.

Nan jauh di seberang Selat Sunda terdengar pula sahabat yang sedang berperang melawan Belanda. Sahabat itu adalah rakyat Banten. Bagi orang-orang Lampung, rakyat Banten adalah sahabat dekat. Dua rakyat ini memiliki hubungan yang baik, keduanya saling membantu dalam menghadapi kesulitan. Bagi rakyat Lampung dan Banten, Selat Sunda bukan menjadi halangan bagi mereka. Namun sebaliknya keberadaan Selat Sunda menjadi jembatan untuk mempersatukan dua wilayah ini.

Tatkala menghadapi Belanda, rakyat Lampung dan Banten saling bahu membahu. Adakalanya rakyat Lampung membantu berperang di Banten dan juga sebaliknya.

Tersebutlah sebuah nama yakni Kiai Haji Wakhia, seorang kesatria dari Banten yang hijrah ke Lampung. Mengenai kepindahan Kiai Haji Wakhia ke Lampung karena di Banten para ulama dan kesatria ditekan oleh Belanda. Maka Kiai Haji Wakhia yang juga seorang ulama kemudian memutuskan hijrah ke Lampung.

Kedatangan Kiai Haji Wakhia di Lampung memberikan semangat bagi kesatria di Lampung dalam menghadapi Belanda. Kiai Haji Wakhia kemudian juga ikut berpengaruh dalam mendidik Raden Intan II. Pasalnya ia adalah seorang guru agama yang mendidik Raden Intan II sejak kecil. Raden Intan II adalah adalah kesatria yang kemudian banyak merepotkan Belanda. Hubungan dekat Kiai Haji Wakhia dengan Raden Intan II juga terlihat saat dinobatkannya Raden Intan II menjadi Ratu Keratuan Darah Putih.

Penobatan Raden Intan II sebagai Ratu karena dirasa telah cukup dewasa dan telah pantas menjadi pemimpin Keratuan Darah Putih. Penobatan itu terjadi di tahun 1850, dimana Raden Intan II disumpah oleh Kiai Haji Wakhia sebagai Ratu. Penobatan Raden Intan II diikuti oleh Belanda dengan rasa cemas. Kecemasan yang dialami oleh Belanda karena melihat kenyataan bahwa setelah dilantik menjadi ratu, Raden Intan II melakukan konsolidasi dengan memperkuat pertahanan seperti perbaikan benteng-benteng lama dan pembangunan benteng-benteng baru. Sementara itu untuk menunjang perlawanan mereka terhadap Belanda, telah dipersiapkan dapur umum atau istilahnya penjunjongan seperti yang terdapat di Kampung Tataan.

Persiapan yang begitu matang dari pasukan Raden Intan II akhirnya berbuah pada peperangan dengan Belanda pada tahun 1851. Sebelumnya Belanda yang merasa cemas dengan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh Raden Intan II, pada tahun 1851 mengirimkan ekspedisi militer ke Lampung. Belanda mengirim kekuatan sebanyak 400 orang. Dalam peperangan ini Raden Intan II dibantu oleh Kiai Kiai Haji Wakhia bersama pengikutnya dari Banten. Pasukan Belanda menyerang Benteng Merambung, namun karena kerjasama yang kuat antara pasukan Raden Intan II dan pasukan Kiai Haji Wakhia benteng tetap dapat dipertahanakan bahkan mereka berhasil mempermalukan pasukan Belanda. Perjuangan Raden Intan II dan rakyat Lampung terus berkobar. Belanda merasa kesulitan untuk memadamkan perlawanan itu.

Kerjasama antara Kiai Haji Wakhia maupun tokoh-tokoh Banten lainnya dengan pasukan Raden Intan II begitu nampak dalam melawan Belanda. Dalam beberapa pertempuran, Kiai Haji Wakhia bersama pengikutnya beberapa kali merepotkan Belanda. Beberapa kali usaha Belanda untuk menguasai benteng milik Raden Intan dapat digagalkan oleh pasukan di bawah kepemimpinan Kiai Haji Wakhia. 

Dengan pertimbangan tersebut, maka Belanda segera memutuskan pengiriman pasukan secara besar-besaran, dengan pasukan dan senjata yang lebih baik daripada yang pernah dikirim ke daerah Lampung sebelumnya. Suatu ketika Belanda menyerang Benteng Bendulu. Namun Benteng ini dipertahankan oleh pasukan Raden Intan II di bawah pimpinan Singa Branta. 

Pada serangan lainnya Belanda berhasil menguasai beberapa benteng milik pasukan Raden Intan II. Serangan Belanda yang besar-besaran itu kemudian turut berdampak pada tertangkapnya pemimpin-pemimpin pasukan Raden Intan II. Salah satu yang tertangkap adalah Kiai Kiai Haji Wakhia. 

Setelah tertangkap Kia Kiai Haji Wakhia menemui nasib menjalani hukuman mati yang dijatuhkan oleh Belanda. Sungguh sebuah pengorbanan yang dilakukan oleh kesatria dalam membela kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menyaksikan Tanah Sabrang: Film Propaganda di Era Kolonial

Sebuah gedung pertunjukan film modern diresmikan di Kota Metro, sebuah daerah yang lahir dari proses kolonisasi di masa lampau. Hadirnya bio...

Populer