Oosthaven memainkan peran dalam niaga lada, bukan hanya menjadi pelabuhan antar pulau saja. Oosthaven juga melayani pengiriman komoditas lada hingga ke mancanegara.
Oleh: Adi Setiawan
Pembangunan Oosthaven
(Sumber: KITLV)
Tulisan
ini adalah satu artikel karya M.G de Boer
dan J.C Westermann
dalam
buku berjudul Een Halve Eeuw Paketvaart 1891-1941. Dari artikel
itu digambarkan beberapa pelabuhan penting di Lampung yang memiliki peranan
dalam pengiriman barang, khususnya hasil perkebunan. Setiap pelabuhan yang ada
di Lampung saat itu memiliki peran sebagai pelabuhan dagang. Walaupun dengan skala
yang berbeda-beda serta rute pelayaran yang tidak sama pula. Beberapa pelabuhan
di Lampung itu diantaranya terdapat di Telukbetung, Menggala, dan Kotaagung.
Kemudian pada tahun 1914 dibangun Oosthaven sebagai pelabuhan ekspor-impor
barang. Pelabuhan ini kemudian memiliki keterhubungan dengan jalur kereta api
Lampung-Palembang.
Dijelaskan
pula mengenai pembangunan angkitan darat seperti rel kereta api dan jalan darat
turut berpengaruh terhadap maju-mundurnya pelabuhan-pelabuhan di Lampung.
Sebagai contoh keberadaan jalur kereta api semakin membuat Oosthaven berkembang
dalam ekspor komoditas perkebunan. Namun bagi Pelabuhan Menggala keberadaan
jalur darat membuat pelabuhan di Sungai Way Tulangbawang ini ditinggalkan secara
perlahan-lahan.
Mengawali
tulisannya M.G de Boer
dan J.C Westermann
menjelaskan kedekatan antara Lampung dengan Pulau Jawa. Hal
itu terjadi selama berabad-abad, memberikan hubungan kuat antara masyarakat di
Lampung dengan masyarakat di Pulau Jawa. Lalu lintas penumpang melintasi Selat
Sunda sering terjadi, awalnya mereka menggunakan perahu dan kapal. Namun dalam
perkembangnya kapal feri menjadi pilihan yang dirasa cepat dan efisien.
Hubungan
masyarakat Lampung dangan masyarakat di Pulau Jawa sering dilakukan utamanya
dengan masyarakat Banten. Lampung menjadi mitra Banten dalam perdagangan lada
saat itu. Lada telah dibudidayakan di Lampung selama berabad-abad. Masyarakat
Lampung umumnya membudidayakan lada hitam. Tanaman lada adalah tanaman sulur
yang tumbuh di sepanjang pohon dadap dan dikeringkan di bawah sinar matahari
tanpa banyak pengolahan. Produksi lada Lampung meningkat pada abad ke-20. Meskipun
tanaman lada rawan terserang penyakit dan penurunan harga yang tajam, namun masih
menyediakan produksi utama di Lampung.
Pelabuhan
Telukbetung menjadi pasar lada yang penting. Lampung adalah daerah utama
penghasil lada dan memasok 85% dari ekspor dunia. Ekspor lada Lampung sekitar
35.000 ton pada tahun 1938. Jumlahnya jauh lebih banyak daripada setengah dari produksi
lada di Hindia Belanda. Sementara Bangka hanya mencakup seperempatnya. Ketika
pengiriman komoditas lada dilakukan, Telukbetung di Teluk Lampung dan kemudian
Kotaagung, yang terletak di Teluk Semangka atau Teluk Keizers yang lebih barat,
dan Menggala di pantai timur adalah pelabuhan utama. Menggala adalah pelabuhan utama
untuk ekspor lada dari pedalaman di Lampung bagian utara, termasuk Kotabumi.
Orang-orang
Cina, Arab, dan di Menggala orang Palembang, memiliki peranan dalam perniagaan
lada di Lampung. Lada dari Pelabuhan Menggala dikirim ke Palembang dan
Singapura. Sementara dari Telukbetung dikirim ke Batavia. Selain lada komoditas
perdagangan saat itu adalah damar, getah karet, rotan, kapas dan kopi. Volume
perdagangan komoditas-komoditas tersebut terbilang sangat kecil dibandingkan
dengan komoditas lada.
Pada
abad 20 lalu lintas mengalami perubahan yang cukup besar. KPM atau Koninklijke
Paketvaart Maatschappij, sebuah perusahaan pelayaran Belanda yang
beroperasi di Hindia Belanda membuka rute pelayaran di perairan Lampung. Tahun
1908, KPM memiliki rute Lampung-Palembang dan Lampung-Padang. Peningkatan
produksi perkebunan di Lampung bukan hanya memberikan pengaruh pada
pengembangan pelayaran saja. Terlihat pula pembangunan Zuid-Sumatra Staatsspoorwegen
(ZSS) atau Kereta Api Sumatera Selatan dimulai pada tahun 1912. Rute kereta api
ini kemudian menghubungkan jalur darat Lampung dengan Palembang melintasi Telukbetung,
Kotabumi, Martapura, Baturaja dan Prabumulih dengan Palembang (Kertapati). Pada
waktu yang hampir bersamaan, sistem jalan dan lalu lintas mobil serta bus juga ditingkatkan.
Pada tahun 1939, dibuka lalu lintas antara Kotabumi dan Martapura.
Buku
(Sumber: Depher.nl)
Kemudian
pengembangan Zuid-Sumatra Staatsspoorwegen (ZSS) juga mencakup
pembangunan pelabuhan yang sama sekali baru di Teluk Lampung untuk menggantikan
Telukbetung, yang sulit digunakan karena gelombang besar. Pada akhir tahun 1914
dilakukan pembangunan pelabuhan baru itu. Pelabuhan yang disebut Oosthaven itu,
dibuka untuk pengiriman barang tepat pada awal tahun 1915. Layanan KPM
Oosthaven-Merak (Jawa) dibuka, yang menciptakan koneksi untuk ZSS dengan
jaringan kereta api Jawa. Pada tahun 1928, Oosthaven-Merak melayani penyeberangan
feri harian, yang menciptakan koneksi kereta api dan perahu Batavia-Palembang.
Perbaikan
dalam lalu lintas darat juga memengaruhi jadwal pengiriman paket dalam hal
lain. Tentu saja rel kereta api dan jalan baru memberikan tarikan yang kuat ke
arah lokasi pelabuhan baru. Kotaagung dan Menggala kehilangan signifikansinya
sebagai akibatnya. Yang pertama mengarahkan ekspornya (terutama lada) lebih ke
arah Oosthaven dan Telukbetung, dan yang terakhir sekarang mengalami akses yang
buruk dari laut sebagai hambatan yang semakin besar. Menggala terletak sangat
jauh di pedalaman, di sungai yang dangkal, sempit, dan berkelok-kelok. Kapal
milik Packet Shipping Service antara
Batavia dan Palembang biasa mengangkut kargo yang dibawa ke hilir sungai oleh
perahu dan tongkang di pesisir, tetapi pembongkarannya sulit dan memakan waktu.
Ketika jalan raya dan rel kereta api menghubungkan wilayah Kotabumi dengan
Oosthaven, Menggala segera kehilangan perannya sebagai pelabuhan bongkar muat.
Packet Shipping Service telah menghapusnya dari jadwalnya pada tahun 1916.
Dengan
demikian, Telukbetung tetap menjadi pusat perdagangan lada. Sebagian dari
ekspor telah dijual langsung ke Amerika sejak dekade terakhir dan dikirim langsung
dari Oosthaven.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar