Tahun 1939 menjadi tahun yang bersejarah bagi elektrifikasi di Kotabumi. Masuknya listrik di Kotabumi disebutkan oleh koran-koran sebagai sebuah kemajuan. Koran lainya menyebut dengan Cahaya di Kotabumi atau Licht in Kotaboemi.
Oleh: Adi Setiawan
Berita Mengenai Listrik di Kotabumi
(Sumber:
Algemeen Handelsblad Voor Nederlandsch-Indië, 22 Maret 1939)
Listrik menjadi sumber
energi yang penting bagi kehidupan manusia. Manusia yang hidup modern saat ini,
tentu semua perangkat teknologi yang digunakannya tidak terlepas pula dari
listrik. Ponsel yang kita gunakan pasti memerlukan daya listrik, televisi yang
kita saksikan juga bersumber dari daya listrik termasuk beberapa alat
transportasi dewasa ini juga telah menggunakan energi listrik sebagai bahan
bakarnya.
Jika listrik padam
seperti terjadi krisis besar bagi manusia. Hal ini juga yang sempat dirasakan
oleh masyarakat di Lampung beberapa bulan terakhir. Karena listrik padam
aktivitas menjadi sulit, hal ini karena semua alat di rumah dan di tempat kerja
semua bergerak karena bersumber dari energi listrik.
Berbicara mengenai energi
listrik, saat ini menjadi tanggungjawab dari PT Perusahaan Listrik Negara (PT
PLN). Perusahaan milik negara ini menjadi memproduksi dan mendistribusikan
listrik ke seantero negeri.
Pada era kolonial
pemanfaatan energi listrik banyak diupayakan oleh perusahaan-perusahaan milik
Belanda. Tahun 1882 perusahaan Nederlandsch Indische Gasmaatschappij (NIGM)
memproduksi listrik di Semarang dengan memanfaatkan tenaga uap. Tahun 1897 di
Jakarta didirikan perusahaan Nederlandsche Indische Electriciteit Maatschappij
(NIEM) dengan kantor pusat di Gambir.
Keperluan energi listrik
yang dirasakan lebih besar kemudian membuat pemerintah kolonial mendirikan s'Lands
Waterkracht Bedriven (LWB) tahun 1927 yang mengelola PLTA dan PLTU di beberapa
wilayah. Sementara itu, sejarah kelistrikan nasional setelah Indonesia merdeka
dimulai pembentukan membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga pada 27 Oktober 1945.
Bila kita membuka
koran-koran lama yang terbit di era kolonial, menyebutkan listrik sebagai
bagian dari kehidupan modern atau kemajuan. Bataviaasch Nieuwsblad yang
terbit pada 10 Juni 1938 menyebutkan hal tersebut saat listrik masuk di
Kotabumi, Lampung. Koran ini mengawali artikelnya dengan judul Kotaboemi
Vooruit atau Kotabumi Maju. Dalam artikel ini disebutkan bahwa
masuknya listrik di Kotabumi dilatar belakangi oleh posisi daerah ini sebagai
pusat perdagangan lada dan kopi. Selain itu, Kotabumi merupakan daerah yang
dilalui oleh rel kereta api Sumatra Selatan (Zuid Sumatra Staatsspoorwegen/ZSS),
tentunya membutuhkan penerangan listrik untuk berbagai toko, penerangan jalan,
dan banyak rumah pegawai perusahaan kereta api tersebut.
De Indische Courant yang
terbit pada 30 Oktober 1939 menyebutkan perusahaan penyedia energi listrik di
Kotabumi itu dikelola oleh perusaahan milik pengusaha Tionghoa bernama Lim Giok
Keng. Ia adalah penguasaha yang memiliki banyak perusahaan di Lampung,
khususnya di Teluk Betung dan Tanjung Karang. Biaya pembangunan fasilitas
listrik di Kotabumi memakan biaya sebesar 35.000 gulden. Adapun letak
pembangkit listrik ini berada sekitar 10 Km dari stasiun kereta api Kotabumi (De
Sumatra Post, 25 Maret 1939).
Kehadiran listrik di
Kotabumi saat itu menjadi satu hal yang ditunggu-tunggu. Dalam pidato peresmian
listrik itu disebutkan oleh Residen G.W Meindersma bahwa pembangunan fasilitas
kelistrikan di Kotabumi telah direncanakan selama 10 tahun. Barulah pada di tahun
1939 listrik dapat dialirkan di Kotabumi. Walaupun demikian, fasilitas listrik
yang masuk di Kotabumi belum sepenuhnya dapat dinikmati oleh semua penduduk.
Selain fasilitas perekonomian dan kereta api, sebagian aliran listrik dialirkan
untuk warga Eropa yang menjadi pegawai Zuid Sumatra Staatsspoorwegen.
Namun ada hal menarik
lain setelah listrik masuk di Kotabumi, kemudian membuka peluang bagi pemodal
untuk membuka usaha di daerah ini. Sebagai contoh adalah muncul niat dari Lim
Giok Keng yang ingin membuka pabrik pembuatan es di Kotabumi. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa masuknya fasilitas listrik berpengaruh terhadap
perubahan sosial dan ekonomi masyarakat di Kotabumi.
Referensi:
Algemeen Handelsblad Voor Nederlandsch-Indië, 22 Maret 1939
Bataviaasch
Nieuwsblad, pada 10 Juni 1938
De
Sumatra Post, 25 Maret 1939
Tidak ada komentar:
Posting Komentar