Jumat, 03 Januari 2025

Motor dan Mobil di Lampung Tahun 1930an

Motor dan Mobil menjadi dua pilihan kendaraan favorit bagi masyarakat Indonesia dalam beraktivitas. Hal yang sama juga terjadi di Lampung. Dari arsip foto, diketahui bahwa pada tahun 1930an jalanan di Lampung telah dilalui oleh kendaraan motor dan mobil.

Oleh: Adi Setiawan 


Motor Harley Davidson

 di Lampung dengan Plat BE Tahun 1935

(Sumber: KITLV, 1935)

 

Setiap saat kita melihat lalu lalang mobilisasi manusia dengan menggunakan berbagai kendaraan. Baik di kota maupun di desa, keberadaan bermotor saat ini menjadi suatu hal yang mudah dijumpai. Kendaraan bermotor menjadi pilihan manusia karena dirasa lebih mudah dan efisien ketimbang kendaraan tradisional.

Perkembangan kendaraan bermotor di Indonesia dimulai sejak era kolonial. Adapun pada tahun 1893 motor pertama kali diimpor ke Indonesia melalui Pelabuhan Semarang. Motor pertama di Indonesia itu adalah hasil produksi dari perusahaan Jerman bernama Hildebrand und Wolfmüller.

Setahun setelah hadirnya motor di Indonesia, mobil juga mulai melaju di Indonesia. Adapun sosok pertama yang memiliki mobil di Indonesia adalah Susuhunan Pakubuwono X. Saat itu ia memesan mobil Benz Viktoria seharga 10.000 gulden.

Pada perkembangannya keberadaan motor dan mobil di Indonesia terus mengalami perkembangan dalam hal kuantitas. Kendaraan bermotor kemudian menjadi pilihan, baik dalam angkutan manusia maupun angkutan barang. Salah satu daerah yang tidak luput dari keberadaan kendaraan bermotor adalah Lampung.


Mobil di Lampung dengan Plat BE 46 Tahun 1935

(Sumber: KITLV, 1935)

 

Keberadaan kendaraan bermotor di Lampung difungsikan dalam pengangkutan manusia dan barang. Daerah ini di tahun 1930an memiliki kesibukan lalu lintas manusia dan barang. Adanya perkebunan dan proyek kolonisasi menjadikan arus transportasi berkembang saat itu. Beberapa foto lama mengabadikan masyarakat di Lampung yang bepergian dengan berkendara motor dan mobil. Walaupun jumlah kendaraan bermotor saat itu masih terbilang sedikit serta tidak semua orang dapat memiliki barang tersebut.

Keberadaan motor di Lampung berdasarkan arsip foto, dijumpai pada tahun 1935 telah menunjukan aktivitas manusia dengan motor. Dalam arsip KITLV A292, dengan judul Een ritje met de Harley Davidson, nummer BE 1250, over de nieuw aangelegde knuppelweg voor de kolonie Metro, Lampongs. In de zijspan ir J.H. Brinkgreve menunjukan seorang pejabat kolonial bernama J.H. Brinkgreve yang mengendarai motor Harley Davidson di jalanan Metro. Nampak pada motor yang dikendarainya tertulis BE 1250.

Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, memberitakan pada 23 September 1932 bahwa pada tahun 1925 terdapat sekitar 500 mobil di Lampung, sebagian besar mobil Ford (yang terkenal dengan roda tinggi), yang dulunya merupakan salah satu mobil paling irit. Perkembangan mobil di Lampung didukung oleh keberadaan General Motors Agency pada tahun 1927. Adalah pengusaha bernama Lim Giok Keng yang berkecimpung dalam penjulan mobil ini. Melalui perusahaannya Lim Giok Keng memperkenalkan mobil merek Chevrolet ke Lampong. Perusahaan mobil milik Lim Giok Keng ini tercatat tetap memiliki eksistensi pada tahun 1930an.

Pada tahun 1932, jumlah kendaraan mobil di Lampung mencapai 1.800 mobil. Di antara mobil-mobil tersebut berjenis mobil penumpang dan truk. Kendaraan berjenis truk di Lampung bukan hanya sekedar untuk mengangkut barang, akan tetapi dalam arsip KITLV A292 juga menunjukan truk yang digunakan mengangkut penumpang.


Truk di Lampung yang Mengangkut Barang dan Penumpang

(Sumber: KITLV, 1935)

 

Moda transportasi mobil penumpang seperti bus menjadi salah satu pilihan guna berpergian antar daerah di Lampung. Tercatat pada tahun 1930an pengangkutan penumpang dari Oosthaven ke Metro banyak menggunakan kendaraan ini. Uniknya, perkembangan pesat mobil penumpang di Lampung membuat penurunan penumpang kereta api, yang membuat Zuid Sumatra Staatsspoorwegen merasa rugi.


Bus dari Oosthaven (Pelabuhan Panjang) ke Metro

(Sumber: KITLV, 1935)

 

Perkembangan kendaran bermotor di Lampung kemudian membuat pemerintah kolonial saat itu membuat kebijakan pungutan pajak kendaraan bermotor. Selain pendapatan dari pajak, pemerintah juga membuka lahan-lahan parkir. Adapun untuk mengoperasikan lahan parkir ini pemerintah kolonial menyediakan lahan untuk disewakan. Harga sewa lahan parkir ini sejumlah 200 gulden per bulan. Adapun tarif parkir pada tahun 1932, bagi pemilik dan supir taksi dikenakan dua puluh sen per hari untuk parkir di Oosthaven atau Pelabuhan Panjang (Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, 14 Desember 1932).

Jika kita lihat data sejarah di atas, bahwa diawal perkembangan mobil di Lampung didominasi oleh mobil-mobil buatan Amerika Serikat dan Eropa. Hal itu tentu sejalan dengan perkembangan industri transportasi yang saat itu memang memulai perkembangnya di dua benua tersebut. Berbeda dengan hari dulu, keberadaan merek mobil di Lampung saat ini sangat beragam. Saat ini secara kuantitas mobil dari perusahaan Jepang dan Asia Timur lainnya sangat mendominasi.

Referensi:

Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, 23 September 1932

Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, 14 Desember 1932


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Melawan Lupa: Rapat Umum Ir. Sukarno di Lampung

Ir. Sukarno bertindak sebagai kepala negara sering melakukan perjalanan ke daerah guna meninjau pemerintahan. Kunjungan Presiden Indonesia p...

Populer