Jumat, 27 Maret 2020

SATU KISAH SEJUTA MAKNA DARI MOHAMMAD HATTA


SATU KISAH SEJUTA MAKNA
DARI MOHAMMAD HATTA

 Oleh: Adi Setiawan
Hasil gambar untuk moh. hatta 
Sumber foto: historia.id

Selalu ada yang unik dari Mohammad Hatta, tokoh Indonesia kelahiran Sumatra Barat ini merupakan wakil presiden Indonesia yang kedua. Tidak banyak yang tahu jika Mohammad Hatta sewaktu ia lahir orang tuanya memberi nama Mohammad Athar. Pria yang hobi membaca ini adalah anak dari saudagar dari Sumatra Barat. Masa kecil Hatta banyak dihabiskan di kampung halaman di Sumatra Barat. Menghabiskan waktu bersama teman-temannya dengan belajar dan mengaji di surau dekat rumahnya. Namun di luar kegiatan itu Hatta adalah anak yang hobi bermain sepak bola. Ia pandai menyerang lho...

            Cita-cita yang besar membawa, setelah lulus sekolah di Sumatra Barat ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Batavia (sekarang Batavia). Di sana ia tinggal bersama pamannya. Setelah menamatkan Sekolah Dagang di Batavia, Hatta kemudian melanjutkan pendidikan di Roterdam. Dimana kah itu Roterdam? Roterdam adalah kota yang ada di Belanda. Luar biasa bukan, Bapak Koperasi Indonesia pada saat usianya belum genap 20 tahun sudah mampu mengejar impianya untuk menempuh ilmu ekonomi di negeri kincir angin itu. Hal yang luar biasa karena saat itu Hatta harus berpisah dengn keluarganya dan berangkat ke Roterdam yang perjalanan saat itu menggunakan kapal yang ditemuh dalam waktu berbulan-bulan lamanya.

            Selama di Belanda Hatta tidak menyia-nyiakan waktunya untuk menimba ilmu. Bahkan ia sempatkan untuk berkeliling Eropa menyuarakan kepada dunia agar Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda. Karena saat itu negara kita ini masih dikuasai oleh Belanda. Hatta melihat banyak penderitaan dialami oleh rakyat karena sikap Belanda yang semena-mena terhadap rakyat Indonesia. Jiwa Hatta bersama kawan-kawannya terpangil untuk membebasakan rakyat Indonesia walaupun harus dihadapinya dengan hukuman penjara dan pembuangan oleh pemerintah penjajah Belanda.

            Setelah ia memperoleh Sarjana Ekonomi dari Univeritas Roterdam, Hatta kembali ke Indonesia dan meneruskan perjuangan. Jika selama di Belanda ia berjuang dengan organisasi Perhimpunan Indonesia, setelah pulang ia bergabung dengan organisasi Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru). Selama berjuang ia banyak berkolaborasi dengan Ir. Soekarno dan tokoh lainnya seperti Soetan Sjahrir. Belanda yang tidak suka dengan perjuangan Hatta, kemudian menangkap dan membuangnya ke Boven Digul (Papua Barat), ia kemudian di pindahkan ke Banda Neira, Pulau Maluku. Selama di tanah pembuangan, ia tetap berjuang dengan menulis gagasannya lewat koran-koran. Yang unik lain dari Hatta, ia adalah seorang kutu buku. Tidak main-main koleksi bukunya jumlahnya beribu-ribu lho. Buku itu sudah ia kumpulkan sejak ia kuliah di Belanda. Jika tidak heran jika Hatta adalah salah satu tokoh Indonesia yang pandai menulis. Selama di Banda Neira, Hatta mendapat julukan jam berjalan oleh penduduk di sana. Hal itu karena sikap Hatta yang sangat disiplin, ia selalu memulai dan melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Sebagai contoh jika Hatta telah berjalan melewati kebun pala warga berarti sudah menunjukan pukul 4 sore. Dari situlah munculnya sebutan jam berjalan dari warga Banda Neira untuk Hatta.

            Saat Jepang menyerang Indonesia di tahun 1942, oleh Belanda Hatta dibawa ke Sukabumi. Setalah Jepang menggantikan kekuasaan dari Belanda di Indonesia, Hatta tetap meneruskan perjuangan dengan menjadi pengurus organisasi Putera bersama Ir. Soekarno, Ki Hajar Dewantara, dan K.H Mas Manshur. Di akhir penjajahan Jepang Ir. Soekarno dan Hatta sempat diculik ke Rengasdengklok oleh sekelompok pemuda yang menuntut proklamasi kemerdekaan segera dilakukan. Atas musyawarah bersama, keduanya kemudian dibebasakan dan pulang kembali Jakarta guna menyusun teks proklamasi. Keesokan hari tanggal 17 Agustus 1945 Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di kediaman Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. 

Alhamdulilah dengan rahmat Allah dan ikhtiar bangsa Indonesia akhirnya bebas dari penjajahan. Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta kemudian diangkat menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia yang pertama. Amanat sebagai wakil presiden kemudian dijalani Hatta dengan penuh tanggung jawab dan tanpa pamrih. Mohammad Hatta meninggal tahun 1980, ia di makamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, sesuai wasiat dari Mohammad Hatta ia ingin dimakamkan didekat rakyatnya tidak mau di makamkan di Taman Makam Pahlawan.

Mohammad Hatta telah lama meninggalkan kita namun nilai-nilai kehidupan dari beliau adalah teladan bagi kita. Bangsa Indonesia merindukan sosok-sosok seperti Mohammad Hatta, sosok yang cinta ilmu pengetahuan, giat belajar dan bekerja, disiplin pantang menyerah, religius, dan berintegritas. Sungguh akhlak yang mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menyaksikan Tanah Sabrang: Film Propaganda di Era Kolonial

Sebuah gedung pertunjukan film modern diresmikan di Kota Metro, sebuah daerah yang lahir dari proses kolonisasi di masa lampau. Hadirnya bio...

Populer