SATU KISAH SEJUTA MAKNA
DARI MOHAMMAD HATTA
Oleh: Adi Setiawan
Sumber foto: historia.id
Selalu ada yang unik dari Mohammad
Hatta, tokoh Indonesia kelahiran Sumatra Barat ini merupakan wakil presiden
Indonesia yang kedua. Tidak banyak yang tahu jika Mohammad Hatta sewaktu ia
lahir orang tuanya memberi nama Mohammad Athar. Pria yang hobi membaca ini
adalah anak dari saudagar dari Sumatra Barat. Masa kecil Hatta banyak
dihabiskan di kampung halaman di Sumatra Barat. Menghabiskan waktu bersama
teman-temannya dengan belajar dan mengaji di surau dekat rumahnya. Namun di
luar kegiatan itu Hatta adalah anak yang hobi bermain sepak bola. Ia pandai
menyerang lho...
Cita-cita
yang besar membawa, setelah lulus sekolah di Sumatra Barat ia kemudian
melanjutkan pendidikan ke Batavia (sekarang Batavia). Di sana ia tinggal
bersama pamannya. Setelah menamatkan Sekolah Dagang di Batavia, Hatta kemudian
melanjutkan pendidikan di Roterdam. Dimana kah itu Roterdam? Roterdam adalah
kota yang ada di Belanda. Luar biasa bukan, Bapak Koperasi Indonesia pada saat
usianya belum genap 20 tahun sudah mampu mengejar impianya untuk menempuh ilmu
ekonomi di negeri kincir angin itu. Hal yang luar biasa karena saat itu Hatta
harus berpisah dengn keluarganya dan berangkat ke Roterdam yang perjalanan saat
itu menggunakan kapal yang ditemuh dalam waktu berbulan-bulan lamanya.
Selama
di Belanda Hatta tidak menyia-nyiakan waktunya untuk menimba ilmu. Bahkan ia
sempatkan untuk berkeliling Eropa menyuarakan kepada dunia agar Indonesia
merdeka dari penjajahan Belanda. Karena saat itu negara kita ini masih dikuasai
oleh Belanda. Hatta melihat banyak penderitaan dialami oleh rakyat karena sikap
Belanda yang semena-mena terhadap rakyat Indonesia. Jiwa Hatta bersama
kawan-kawannya terpangil untuk membebasakan rakyat Indonesia walaupun harus
dihadapinya dengan hukuman penjara dan pembuangan oleh pemerintah penjajah
Belanda.
Setelah
ia memperoleh Sarjana Ekonomi dari Univeritas Roterdam, Hatta kembali ke
Indonesia dan meneruskan perjuangan. Jika selama di Belanda ia berjuang dengan
organisasi Perhimpunan Indonesia, setelah pulang ia bergabung dengan organisasi
Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru). Selama berjuang ia banyak
berkolaborasi dengan Ir. Soekarno dan tokoh lainnya seperti Soetan Sjahrir.
Belanda yang tidak suka dengan perjuangan Hatta, kemudian menangkap dan
membuangnya ke Boven Digul (Papua Barat), ia kemudian di pindahkan ke Banda
Neira, Pulau Maluku. Selama di tanah pembuangan, ia tetap berjuang dengan
menulis gagasannya lewat koran-koran. Yang unik lain dari Hatta, ia adalah
seorang kutu buku. Tidak main-main koleksi bukunya jumlahnya beribu-ribu lho.
Buku itu sudah ia kumpulkan sejak ia kuliah di Belanda. Jika tidak heran jika
Hatta adalah salah satu tokoh Indonesia yang pandai menulis. Selama di Banda
Neira, Hatta mendapat julukan jam berjalan oleh penduduk di sana. Hal itu karena
sikap Hatta yang sangat disiplin, ia selalu memulai dan melakukan kegiatan
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Sebagai contoh jika Hatta telah
berjalan melewati kebun pala warga berarti sudah menunjukan pukul 4 sore. Dari
situlah munculnya sebutan jam berjalan dari warga Banda Neira untuk Hatta.
Saat
Jepang menyerang Indonesia di tahun 1942, oleh Belanda Hatta dibawa ke Sukabumi.
Setalah Jepang menggantikan kekuasaan dari Belanda di Indonesia, Hatta tetap
meneruskan perjuangan dengan menjadi pengurus organisasi Putera bersama Ir.
Soekarno, Ki Hajar Dewantara, dan K.H Mas Manshur. Di akhir penjajahan Jepang
Ir. Soekarno dan Hatta sempat diculik ke Rengasdengklok oleh sekelompok pemuda
yang menuntut proklamasi kemerdekaan segera dilakukan. Atas musyawarah bersama,
keduanya kemudian dibebasakan dan pulang kembali Jakarta guna menyusun teks
proklamasi. Keesokan hari tanggal 17 Agustus 1945 Ir. Soekarno dan Mohammad
Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di kediaman Ir. Soekarno di Jalan
Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.
Alhamdulilah dengan rahmat Allah
dan ikhtiar bangsa Indonesia akhirnya bebas dari penjajahan. Ir. Soekarno dan
Mohammad Hatta kemudian diangkat menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia
yang pertama. Amanat sebagai wakil presiden kemudian dijalani Hatta dengan
penuh tanggung jawab dan tanpa pamrih. Mohammad Hatta meninggal tahun 1980, ia
di makamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, sesuai wasiat dari
Mohammad Hatta ia ingin dimakamkan didekat rakyatnya tidak mau di makamkan di
Taman Makam Pahlawan.
Mohammad Hatta telah lama
meninggalkan kita namun nilai-nilai kehidupan dari beliau adalah teladan bagi
kita. Bangsa Indonesia merindukan sosok-sosok seperti Mohammad Hatta, sosok
yang cinta ilmu pengetahuan, giat belajar dan bekerja, disiplin pantang
menyerah, religius, dan berintegritas. Sungguh akhlak yang mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar