Ilustrasi Sekolah yang Tutup
(Sumber: jawapos.com)
Oleh:
Adi Setiawan
Pernah anda mendengar bahwa setelah dijatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pemerintah Jepang lantas bertanya berapa jumlah guru yang masih hidup. Pertanyaan itu mengisyaratkan bahwa membangun kembali sebuah kemajuan harus di awali dari terdidiknya generasi muda bangsa.
Pemerintah Jepang saat itu begitu memahami bahwa mundur atau majunya negara salah satu penyebabnya ada kualitas pendidikan yang dijalankan. Jika pendidikan berkualitas maka akan melahirkan generasi unggul, dan juga sebaliknya.
Indonesia sebagai negara yang memiliki kuantitas sumber daya manusia yang tinggi, hal ini merupakan modal untuk menciptakan kemajuan negara. Sumber daya manusia ini harus dibekali dengan keilmuan, keterampilan dan akhlak yang unggul. Bekal tersebut diberikan melalui sekolah-sekolah yang berkualitas.
Jumlah sekolah di Indonesia sangatlah banyak, mulai dari pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi. Salah satu daerah yang memiliki jumlah sekolah yang banyak adalah Sekampung, sebuah kecamatan yang ada di Lampung Timur.
Di Sekampung hari ini tercatat memiliki lembaga pendidikan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga sekolah dasar hampir di semua desa. Pendidikan sekolah menengah pertama atau SMP juga banyak jumlahnya, baik yang dijalankan pemerintah maupun swasta. Kemudian untuk pendidikan sekolah menengah atas atau SMA berjumlah 2 sekolah negeri, termasuk 1 berbentuk sekolah menengah kejuruan atau SMK. Ditambah lagi sekolah menengah atas yang diselenggarakan oleh swasta. Sementara untuk perguruan tinggi tercatat ada satu sekolah tinggi yang diselenggarakan oleh swasta. Pendidikan lain seperti pondok pesantren dan TPA juga banyak jumlahnya.
Tak heran jika kecamatan Sekampung menjadi magnet bagi masyarakat daerah lain di Lampung Timur untuk menimba ilmu di sini. Maka dapatlah disebut bahwa Sekampung sebagai 'kota pendidikan mini' . Hal ini juga menjadi suatu kelebihan daerah agar dapat melahirkan generasi yang potensial dan berakhlak unggul.
Jumlah sekolah yang banyak di Sekampung ini menjadi suatu hal yang menarik. Jika diperhatikan keberadaan sekolah ini terutama dalam jenjang sekolah menengah pertama (SMP) jumlah cukup signifikan. Hal menarik lain adalah keberadaan sekolah menengah pertama ini terjadi sebuah 'persaingan' untuk memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat.
Jika awalnya pendidikan sekolah menengah pertama di Sekampung lebih banyak diberikan oleh SMP-SMP swasta, maka seiring dengan tumbuhnya SMP-SMP negeri kelangsungan SMP swasta menjadi kalangan kabut.
Masalah utama dari kandasnya SMP swasta di Sekampung adalah jumlah peserta didik yang menurun. Masyarakat memiliki pilihan untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang dirasa lebih berkualitas. Maka ini menjadi suatu perhatian serius bagi penyelenggara pendidikan. Ibarat sebuah ungkapan siapa yang tidak dapat bersaing maka ia akan tertinggal oleh zaman.
Memberikan layanan pendidikan yang berkualitas menjadi kunci eksistensi sebuah lembaga sekolah. Jatuh bangun hingga ditutupnya sekolah-sekolah swasta di Sekampung terutama jenjang SMP adalah bukti bahwa kompetisi menyelenggarakan pendidikan berkualitas terjadi di Sekampung. Pendidikan berkualitas itulah yang dicari masyarakat saat ini.
Ini adalah suatu dinamika sejarah mengenai dunia pendidikan di Sekampung. Fenomena serupa sepertinya juga terjadi di daerah-daerah lain. Sekolah yang dahulu ramai, kini banyak yang menyisakan pemandangan gedungnya yang roboh. Tak terurus, ditumbuhi semak dan rumput.
Zaman modern yang serba digital saat ini menjadi sebuah tantangan bagi penyelenggaraan pendidikan, utamanya guru. Guru harus mampu memberikan pelayanan pendidikan yang baik. Harus selalu mengaupdate kinerjanya. Sehingga hal itu akan berdampak pada mutu peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar