Penulis: Adi Setiawan
Letak Pugung Raharjo
Desa Pugung Raharjo merupakan
bagian dari administrasi wilayah Kecamatan Sekampung Udik, Lampung Timur. Desa
ini mudah dijangkau, karena letaknya yang strategis antara Bandar Lampung
dengan Sribawono. Begitupun desa yang menyandang sebagai pusat pemerintahan
Kecamatan Sekampung Udik ini juga sangat mudah diakses, baik dari Kota Metro
maupun Kota Sukadana. Sehingga Pugung Raharjo sejatinya menjadi daerah yang
memiliki potensi luar biasa dalam pengembangan kegiatan ekonomi.
Nilai Sejarah Pugung Raharjo
Jika kita
kembali pada sejarah, nama Pugung Raharjo menunjukan pada suatu kejayaan
peradaban di masa lampau. Tinggalan sejarah menunjukan bahwa di era kuno,
wilayah Pugung Raharjo menjadi pusat pertukaran budaya dan interaksi ekonomi
umat manusia di masa lampau. Harus disadari bahwa fakta tersebut menjadi suatu
keunikan yang tidak dimiliki oleh daerah lain di Lampung Timur atau di Provinsi
Lampung.
Bahkan Pugung Raharjo disebut-sebut sebagai daerah yang memiliki tinggalan budaya paling kompleks pada satu situs. Berbeda dengan situs-situs pada umumnya yang hanya memiliki tinggalan satu periode zaman saja, namun di Situs Pugung Raharjo terdapat tinggalan budaya dari zaman Pra-aksara, zaman Hindu-Budha serta zaman Islam.
Sejarah Penemuan Situs Pugung Raharjo
Tersingkapnya
tinggalan budaya di Pugung Raharjo terjadi setelah dilakukan pembukaan hutan
Pugung oleh para transmigran Jawa pada tahun 1957. Beberapa transmigran tersebut,
yakni Barno Raharjo, Sardi, Karjo, Kodiran dan Sawal, melaporkan hasil penemuan
kepada Dinas Purbakala.
Selang beberapa tahun sejak ditemukan, tepatnya pada
tahun 1968, dilakukanlah penelitian awal oleh Lembaga Purbakala yang dipimpin
oleh Drs. Buchori. Pada tahun 1973, Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional
bekerjasama dengan Pennsylvania Museum University, melakukan pencatatan dan
pendokumentasian kepurbakalaan di Pugung Raharjo. Hasil penelitian tersebut
dituangkan dalam Laporan Penelitian Sumatera.
Penelitian terus berlanjut, yakni pada tahun
1975, tim Soekatno T.W. mengadakan kegiatan pemetaan dan survei
permukaan. Tahun 1977, Haris Sukendar mengadakan penelitian yang berhasil
menemukan dan mengidentifikasi adanya sejumlah batu berlubang dan bergores
beserta persebaran temuan. Pada tahun 1980 dilakukan ekskavasi, yang
menghasilkan kesimpulan bahwa kompleks megalitik Pugung Raharjo memiliki luas
sekitar 25 ha.
Pada tahun 1977/1978 hingga tahun 1983/1984 dilakukan
pemugaran di Situs Pugung Raharjo oleh Direktorat Jenderal Perlindungan dan
Pembinaan Sejarah dan Purbakala melalui Proyek Pembinaan dan Pemeliharaan
Peninggalan Sejarah dan Purbakala Lampung.
Tinggalan Sejarah di Situs Pugung Raharjo
Peradaban awal
manusia tidak terlepas terhadap peralatan dari bahan batu. Di Pugung Raharjo
peninggalan budaya berbahan batu sangat beragam, seperti menhir (tugu batu),
dolmen (meja batu), batu
berlubang, batu asahan, batu pipisan, kapak batu, dan batu bergores.
Selain benda-benda itu, ikon yang menarik di Situs Pugung Raharjo terkait zaman
pra-aksara adalah punden berundak,
benteng tanah dan kolam air megalitik.
Kemudian tinggalan zaman Hindu-Budha dapat diketahui dari keberadaan arca Bodhisatwa (masyarakat menyebut arca Putri Badariyah) serta temuan 1247 Saka. Sementara itu dari zaman Islam ditandai dengan penemuan Prasasti Bojong, yang menerangkan jejak Kesultanan Banten di Lampung.
Keberadaan budaya tersebut memberikan suatu gambaran bahwa masayarakat Pugung Raharjo beribu-ribu tahun lalu telah memiliki kepandaian dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan mereka. Benda-benda dari batu contohnya memberikan tanda bahwa masyarakat kala itu telah mengerti bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidup dengan membuat alat-alat. Inilah suatu nilai yang dapat diwariskan bagi generasi muda Pugung Raharjo, untuk berinovasi dan berkarya sesuai zamannya.
Kemudian adanya temuan keramik asing yang ditemukan di situs Pugungraharjo cukup luas dimana kronologi keramik tersebut mulai dari abad ke-8 hingga abad ke-17 M. Keramik asing yang ditemukan di situs ini berasal dari Dinasti Tang, Cing, Sung, dan Ming. Bukti ini menunujukkan bahwa perdagangan atau pelayaran di abad 10 hingga abad 16 M di kawasan Way Sekampung sangat ramai.
Hal itu sekaligus membuktikan bahwa di masa lalu masyarakat di Pugung Raharjo merupakan masyarakat yang terbuka dan berperan aktif dalam lalu lintas perdagangan dan pertukaran budaya dengan bangsa di Nusantara dan bangsa asing. Hal ini semua menunjukan bahwa Pugung Raharjo bukanlah tempat yang ‘sepi’ akan peradaban dan budaya. Akan tetapi Pugung Raharjo adalah wilayah yang sangat penting dan bernilai di wilayah Lampung dan Indonesia.
Potensi Desa Pugung Raharjo
Paket lengkap
yang ada di Pugung Raharjo, menjadi suatu nilai bagi masayarakat Pugung Raharjo
saat ini untuk berani maju kedepan mengembangkan wilayahnya. Kejayaan masa
lampau menjadi motivasi untuk membangun Pugung Raharjo khususnya dan Sekampung
Udik umumnya menjadi daerah unggul dari semua sisi kehidupan. Terlebih daerah
Pugung Raharjo merupakan daerah sentra perkebunan dan pertanian. Tanah yang
subur sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi daerah agro wisata,
misalnya buah-buahan. Kemudian terdapat pula keragaman budaya, baik budaya
Lampung, Jawa dan Bali. Kondisi ini sangat mendukung untuk menjadikan Pugung
Raharjo sebagai destinasi wisata sejarah yang besinergi dengan agro wisata dan
wisata budaya.
Terlebih generasi muda Pugung Raharjo juga memiliki potensi yang luar biasa untuk dapat membangun daerah. Kuncinya dengan pengembangan terpadu dan sinergi yang kuat maka kejayaan masa lampau dapat kembali hadir di tengah-tengah masyarakat Pugung Raharjo.
Referensi:
BPCB Banten. 2019. Mengulas Budaya Megalitik Situs Pugung Raharjo. Serang: BPCB Banten
Saptono,
Nanang. 2012. Situs Pugung Raharjo dalam Konteks Pengembangan Wisata dalam Jurnal
Purbawidya Vol. 1 No. 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar