Adi Setiawan
Kemerdekaan Indonesia didapatkan bukan dengan mudah. Berbagai rintangan baik sebelum dan sesudah proklamasi masih mewarnai bangsa Indonesia. Belanda tidak merelakan kemerdekaan Indonesia, mereka mengambil langkah militer, menyerang berbagai wilayah di Indonesia. Indonesia berusaha mempertahankan dengan cara militer maupun diplomasi. Slah satu langkah terbaik yang dilakukan Indonesia adalah melalui Konferensi Meja Bundar, yang hasilnya Belanda mengakui Indonesia.
Suasana Konferensi Meja Bundar (liputan6.com) |
Latar Belakang Dan Tujuan Konferensi Meja Bundar
Sebelum KMB, Indonesia dan Belanda sudah beberapa kali mengupayakan kemerdekaan lewat diplomasi. Seperti perjanjian Linggarjati pada 1946, perjanjian Renville pada 1948, dan perjanjian Roem-Royen pada 1949.
Diadakannya Konferensi Meja Bundar juga menjadi salah satu kesepakatan dalam Perjanjian Roem-Royen. Dikutip dari biografi Mohammad Roem: Karier Politik dan Perjuangan, 1924-1968 (2002), KMB bertujuan menyelesaikan sengketa Indonesia dan Belanda seadil-adilnya dan secepat mungkin.
Indonesia ingin jalan dan cara penyerahan kedaulatan yang sungguh, penuh, dan tidak bersyarat kepada Negara Indonesia Serikat (NIS) sesuai dengan pokok-pokok persetujuan Renville. Para pihak yang turut serta dalam KMB mengupayakan agar KMB dapat dimulai pada 1 Agustus 1949. Mereka berharap konferensi diselesaikan dalam waktu dua bulan. Kemudian persetujuan yang dihasilkan KMB diusahakan selesai dalam waktu enam minggu.
Persiapan Sebelum Konferensi Meja Bundar
Perundingan antara Indonesia dan Majelis Permusyawaratan Federal atau Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO) intensif digelar pada Maret 1949 di Bangka. Dalam rangka mempersiapkan KMB di Den Haag, RI dan BFO mengadakan perundingan untuk menyatuan pendapat. Perundingan dilaksanakan dua kali yakni di Yogyakarta pada 19 Juni 1949 dan di Jakarta pada 22 Juni 1949. Perundingan itu dikenal dengan Perundingan Inter-Indonesia.
Hasilnya, Indonesia dan BFO sepakat mendirikan Republik Indonesia Serikat (RIS). Sesudah berhasil menyelesaikan masalahnya sendiri lewat Konferensi Inter-Indonesia, Indonesia siap menghadapi KMB.
Proses Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar (KMB) dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949 di Den Haag (Belanda).
Delegasi Indonesia diketuai Moh Hatta.
Anggotanya yakni: Moh Roem, Soepomo, Leimena, Ali Sastroamidjojo, Juanda, Sukiman, Suyono Hadinoto, Sumitro Djojohadikusumo, Abdul Karim Pringgodigdo, TB Simatupang, dan Sumardi.
Sementara dari BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
Adapun Belanda diwakili oleh Van Maarseven.
KMB diawasi United Nations Commission for Indonesia (UNCI) yang dipimpin oleh Chritchley (Australia).
KMB dibuka pada 23 Agustus 1949. Perundingan KMB berjalan alot dan lama.
Hasil Dan Dampak Konferensi Meja Bundar
Setelah melalui pembahasan yang berlarut-larut, pada 2 November 1949 tercapailah persetujuan Konferensi Meja Bundar.
Hasil KMB yakni:
· 1. Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat pada akhir Desember 1949.
· 2. Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda. Dalam uni itu, Indonesia dan Belanda akan bekerja sama.
· 3. Kedudukan Indonesia dan Belanda sederajat.
· 4. Indonesia akan mengembalikan semua milik Belanda dan memabayar utang-utang Hindia Belanda sebelum tahun 1949.
· 5. Masalah Irian Barat akan dibahas satu tahun kemudian.
Dampak dari KMB yakni Indonesia akhirnya mendapat kedaulatannya. Acara penyerahan kedaulatan berlangsung pada 27 Desember 1949. Penandatanganan naskah penyerahan kedaulatan berlangsung di dua kota yakni Amsterdam dan Jakarta.
Di Amsterdam, naskah penyerahan kedaulatan ditandatangani Ratu Juliana dan Moh Hatta. Di Jakarta, naskah ditandatangani AHJ Lovink dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Tanggal 27 Desember 1949, pemerintahan sementara negara dilantik. Soekarno menjadi Presiden. Perdana Menterinya Moh Hatta. Kabinet RIS dibentuk. RIS dibentuk seperti republik federasi berdaulat yang terdiri dari 16 negara bagian dan merupakan persekutuan dengan Kerajaan Belanda.
Terdapat beberapa masalah yang terbilang sulit untuk dipecahkan di dalam KMB, diantaranya adalah:
- Masalah
istilah pengakuan kedaulatan dan penyerahan kedaulatan. Indonesia menghendaki
penggunaan istilah pengakuan kedaulatan, sedangkan Belanda menghendaki
istilah penyerahan kedaulatan.
- Masalah Uni Indonesia-Belanda. Indonesia menginginkan agar sifatnya hanya kerjasama yang bebas tanpa adanya organisasi permanen. Sedangkan Belanda menginginkan kerjasama yang luas dengan organisasi yang luas pula
- Masalah hutang. Indonesia hanya mengakui hutang-hutang Hindia-Belanda sampai menyerahnya Belanda kepada Jepang. Sebaliknya Belanda berpendapat bahwa Indonesia harus mengambil alih semua kekayaan maupun hutang Hindia-Belanda sampai saat itu, termasuk biaya perang kolonial terhadap Indonesia.
Referensi:
https://blog.ruangguru.com/mengetahui-hasil-konferensi-meja-bundar
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/11/100000169/konferensi-meja-bundar--latar-belakang-tujuan-hasil-dan-dampaknya?page=all
Tidak ada komentar:
Posting Komentar