Minggu, 11 Desember 2022

Membuat Buklet Sejarah

Pembelajaran utamanya berfokus pada aktivitas pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Sumber belajar bukan hanya sekedar dari guru, namun peserta didik harus mampu mengeksplorasi berbagai sumber belajar yang sesuai dengan tema dan tujuan pembelajaran. 

Guru berupaya menjadikan dirinya sebagai fasilitator pembelajaran. Guru dalam hal ini berusaha untuk membantu peserta didik memecahkan masalah yang ditemui dalam proses pembelajaran. Sehingga aktivitas pembelajaran sebanyak mungkin harus diikuti oleh diri peserta didik. Mereka perlu aktif dalam pembelajaran. Guru mengarahkan peserta didik untuk mampu menggali informasi dan menganalisis hingga masalah dapat terpecahkan. 

Begitupun dalam pembelajaran sejarah, seorang guru sejarah berusaha untuk menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik. Jika selama ini pembelajaran sejarah dikenal sebagai pembelajaran yang membosankan, itu mungkin karena pembelajaran masih didominasi oleh guru. 

Maka perlu adanya suatu perubahan menyangkut pembelajaran sejarah. Pembelajaran yang berorientasi pada diri peserta didik sangat banyak ragamnya. Pada kesempatan ini penulis akan membahas desain pembelajaran sejarah berbasis pada projek, yakni membuat buklet sejarah. 

Bagaimanakah mendesain pembelajaran sejarah dengan cara membuat buklet itu? 

Pertama tentunya guru harus membuat perencanaan pembelajaran. Adapun dalam buklet sejarah ini dapat diterapkan pada semua materi sejarah. Pada perencanaan pembelajaran guru bersama peserta didik perlu menyiapkan bahan dan alat. 

Adapun bahan dan alat seperti kertas hvs, gunting, pena, spidol warna, staples, dan penggaris. 

Pada saat pembelajaran guru dapat membuka pembelajaran dengan menyampaikan judul dan tujuan pembelajaran. Kemudian guru menyampaikan pokok pembelajaran yang harus diselesaikan oleh peserta didik. 

Peserta didik dalam memecahkan masalah mencari dari berbagai sumber seperti buku maupun internet. Hasil penemuan kemudian dituangkan ke dalam buklet. 

Adapun cara membuat buklet:

1. Peserta didik melipat kertas menjadi dua bagian (jumlah kertas disesuaikan dengan kebutuhan) 

2. Kertas yang sudah dilipat kemudian distaples pada bagian tengah. 

3. Peserta didik membuat cover atau sampul buklet, yang terdiri atas tema pembelajaran, nama dan kelas. 

4. Peserta didik menuangkan hasil pemecahan masalah pada halaman buklet. Pada tahap ini guru membimbing peserta didik untuk membuat buklet semanarik mungkin. Peserta didik berusaha menunaikan ide kreatifitasnya, baik dalam penulisan maupun dalam membuat ilustrasi. 

Setelah buklet selesai maka guru kemudian melakukan evaluasi dan penilaian atas buklet yang dibuat oleh peserta didik. Usahakan peserta didik bukan hanya mampu membuat buklet yang menarik, namun mereka juga harus memahami isi dari buklet yang mereka buat. 

Demikian cara membuat buklet sejarah. Pada kesempatan berikutnya insyaallah akan penulis bahas lebih lanjut tentang membuat buklet dalam pembelajaran sejarah. 

Adi Setiawan. 


Sabtu, 10 Desember 2022

Ledeng dan Petani



Pemandangan berbeda di sepanjang bulak Sekampung-Batanghari. Hal itu karena hamparan persawahan yang mulai terisi oleh air ledeng. Fenomena ini menjadi penanda bahwa telah tiba musim tanam rendeng, petani mulai mengolah lahan sawah guna disiapkan menanam padi. 

Sepanjang bulak antara Sekampung-Batanghari, dua kecamatan di Lampung Timur ini, beribu-ribu petak sawah terhampar. Dari petak-petak sawah inilah dihasilkan berton-ton gabah guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, khususnya di Lampung Timur. 

Jika melihat hamparan persawahan ini, terbesit dalam hati bahwa sawah menjadi tumpuan hidup beribu-ribu keluarga di Sekampung dan Batanghari. Dari hasil panen, petani dapat mencukupi kebutuhan hidup. Bahkan lewat hasil panen banyak petani yang mampu membiayai pendidikan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. 

Sehingga keberadaan sawah dan petani adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu setiap kali memandang sawah bukan hanya muncul pemandangan padi saja, namun akan muncul di dalam hati sebuah pengorbanan dan harapan dari para petani. 

Persawahan di Sekampung dan Batanghari merupakan lahan sawah irigasi. Sumber airnya berasal dari Way Sekampung. Melalui Bendung Argoguruh di Tegineneng, air Way Sekampung kemudian dialihkan di ke daerah Lampung Tengah, Metro dan Lampung Timur. Sekampung dan Batanghari adalah contoh dua daerah di Lampung Timur yang mendapatkan pasokan air dari Bendung Argoguruh. 

Menengok sejarahnya, keberadaan Bendung Argoguruh dan aliran irigasi atau masyarakat biasa menyebut ledeng adalah bagian dari sebuah proyek transmigrasi orang-orang Jawa ke Lampung di tahun 1930an. Kultur masyarakat Jawa yang dekat dengan dunia pertanian, utamanya padi sawah membuat pemerintah kolonial Belanda kemudian membuka lahan persawahan di Lampung. Maka untuk memenuhi kebutuhan air dibangunlah Bendung Argoguruh. Pada perkembangannya Bendung Argoguruh bukan hanya mampu mengairi sawah-sawah di sekitarnya. Namun dengan semakin baiknya fasilitas pendukung, aliran air dapat mengalir hingga ke Batanghari bahkan Sekampung yang jaraknya berpuluh-puluh kilo meter. 

Mengalir air dari Bendung Argoguruh ke Sekampung ini karena keberadaan ledeng. Ledeng ibarat organ penting dalam tubuh manusia. Karena ledeng adalah sarana  dalam mengalirkan air ke sawah-sawah petani. Dengan kata lain ada air maka akan panen. Adanya panen akan muncul harapan. 

Itulah kehidupan yang selalu erat dengan satu dengan yang lain. Dan sejarahlah yang menjadi penghubung masa lalu dan masa kini. 


Menyaksikan Tanah Sabrang: Film Propaganda di Era Kolonial

Sebuah gedung pertunjukan film modern diresmikan di Kota Metro, sebuah daerah yang lahir dari proses kolonisasi di masa lampau. Hadirnya bio...

Populer