Minggu, 08 Desember 2024

Setelah Pasukan Belanda Menguasai Pelabuhan Panjang

Pelabuhan Panjang adalah pelabuhan penting yang ada di Teluk Lampung. Ketika pasukan Belanda melakukan serangan di Lampung mereka mengawalinya dengan serangan di Pelabuhan Panjang. Bagaimanakah yang terjadi setelah pasukan Belanda menguasai Pelabuhan Panjang.

Oleh: Adi Setiawan

Ilustrasi Perang Kemerdekaan (Sumber: Klausa.co)


Pada tulisan-tulisan sebelumnya telah dibahas mengenai pendaratan pasukan Belanda di Lampung yang dimulai dengan serangan terhadap Pelabuhan Panjang. Serangan yang terjadi pada 1 Januari 1949 tersebut lantas berakibat pada penguasaan Belanda terhadap daerah-daerah sekitar Panjang. Daerah Teluk Betung dan Tanjung Karang menjadi daerah terdekat yang dikuasai oleh Belanda.

Pasukan TNI berupaya keras untuk mempertahankan dua daerah ini. Namun kondisi yang sulit membuat pemerintah daerah Lampung mengubah taktik perlawanan. Pemerintah daerah Lampung kemudian melakukan perang gerilya di daerah-daerah, hal itu membuat pemerintahan daerah Lampung tetap dapat dijalankan.

Taktik perang gerilya dijabarkan pula dengan melakukan strategi bumihangus, sebagai contoh yang dilakukan oleh ALRI di Pelabuhan Panjang. Pasukan ALRI saat itu melakukan bumihangus terhadap pelabuhan serta gudang. Taktik perlawanan terhadap Belanda di Tanjung Karang sebagaimana dijelaskan oleh Indische Documentatie Dienst van ANP-Aneta (21 Januari 1949), TNI melakukan taktik bumihangus.

Hal itu berdampak pada kerusakan bangunan dan saluran pipa air. Dampaknya paling serius terjadi pada kerusakan pembangkit listrik. Oleh karena itu, kota ini akan tanpa lampu listrik untuk beberapa waktu. Di Teluk Betung dan Tanjung Karang oleh TNI juga melakukan bumihangus terhadap rumah residen, kantor residen, stasiun kereta dan kantor telepon.

Taktik bumihangus dipilih dalam beberapa perang, termasuk saat perang mempertahankan kemerdekaan adalah sebagai upaya agar fasilitas atau infrastruktur tidak dapat dimanfaatkan oleh pasukan musuh. Hal itu guna memberikan kesulitan dalam menunjang keperluan perang. Taktik bumihangus yang sering dilakukan adalah dengan melakukan pembakaran dan pengrusakan terhadap sarana-sarana penting yang kemungkinan besar tidak dapat dipertahankan.

Oleh karena itu, kondisi yang terjadi Tanjung Karang dengan melakukan pengrusakan terhadap saluran air dan pembangkit listrik ditujukan agar pasukan Belanda kesulitan dalam memenuhi kebutuhan minum dan penerangan.

Masih dalam Indische Documentatie Dienst van ANP-Aneta dijelaskan pula bahwa taktik lain yang dijalankan oleh TNI di Lampung untuk mempersulit pasukan Belanda adalah dengan menguasai daerah-daerah penghasil beras. Kondisi ini kemudian dirasakan oleh Belanda sulit dalam menerima pasokan beras.

Taktik ini dilakukan tentunya dengan berbagai tujuan, pertama sebagai langkah untuk memenuhi kebutuhan beras bagi TNI di Lampung. Sedangkan tujuan kedua agar pasokan beras tidak jatuh ketangan pasukan Belanda. Dengan hal ini setidaknya dapat memberikan kesulitan bagi Belanda dalam memenuhi logistik perang mereka.

Pertempuran antara TNI dan pasukan Belanda bukan hanya berdampak pada kekacauan dalam hal infrastruktur saja. Dampak lain yang terjadi di Teluk Betung dan Tanjung Karang saat itu adalah terganggunya aktivitas ekonomi. Sebagai gambaran bahwa dengan adanya peperangan membuat kegiatan di pasar terhenti hingga tanggal 4 Januari 1949.

Kekacauan ekonomi ini dipengaruhi pula oleh banyaknya mata uang yang beredar di masayrakat. Tercatat masa itu uang yang digunakan dalam transaksi terdiri atas tiga jenis mata uang, yakni mata uang NICA, mata uang Jepang dan ORIPS (Oeang Repoeblik Indonesia Provinsi Soematera). Dari ketiga mata uang itu mata uang Jepang memiliki nilai yang paling rendah, bahkan dibeberapa tempat terlihat mata uang Jepang yang dibuang. Nilai tukar mata uang Jepang terhadap ORIPS saat itu adalah 100 rupiah mata uang Jepang sama dengan 1 rupiah ORIPS. Kondisi ini tentu memperlihatkan bahwa dalam kondisi perang masyarakat di Teluk Betung dan Tanjung Karang mengalami banyak kesulitan dalam ekonomi.

 

Referensi:

Indische Documentatie Dienst van ANP-Aneta, 21 Januari 1949

Supangat, dkk. 1994. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Lampung Buku II. DHD Angkatan 45: Bandar Lampung

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Melawan Lupa: Rapat Umum Ir. Sukarno di Lampung

Ir. Sukarno bertindak sebagai kepala negara sering melakukan perjalanan ke daerah guna meninjau pemerintahan. Kunjungan Presiden Indonesia p...

Populer