Sarekat Islam (SI) adalah organisasi pergerakan nasional yang memiliki banyak cabang di daerah. Sarekat Islam yang kemudian menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) ini juga memiliki banyak cabang di Lampung. Bagaimanakah kiprah PSII di Lampung.
Oleh: Adi Setiawan
Gunung
Seminung/Gunung PSII
(Sumber:
De Locomotief 18 April 1936)
Laju pendidikan di Indonesia menjadi titik penting dalam bergulirnya pemikiran
untuk menggerakkan kemerdekaan. Pendidikan menjadi suatu media dalam menumbuhkan
aspirasi dan motivasi merebut kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Para pelajar
yang telah mengenyam pendidikan sedikit banyak mengetahui bahwa lewat
perkumpulan atau organisasi, merupakan wadah penting dalam mencapai kedaulatan.
Memasuki
awal abad 20, organisasi-organisasi pergerakan dengan berbagai sifatnya terus
tumbuh dan berkembang. Tercatat, organisasi yang saat itu bermunculan
diantaranya adalah Budi Utomo, Indische Partij, Sarekat Islam, Partai Komunis
Indonesia, Partai Nasional Indonesia dan sebagainya. Organisasi-organisasi
pergerakan tersebut berkeinginan memajukan bangsa Indonesia hingga bermuara
pada kemerdekaan lahir dan batin dari penjajahan Eropa.
Sarekat
Islam adalah organisasi pergerakan yang berawal dari organisasi Sarekat Dagang
Islam yang berdiri di Solo atas prakarsa dari Haji Samanhudi. Tujuan awal
berdirinya Sarekat Dagang Islam adalah memajukan sektor ekonomi. Terutama dalam
memajukan pedagang batik di Solo, yang saat itu bersaing ketat dengan para
pengusaha batik Tionghoa. Harapannya dengan berkumpul, maka akan dapat
memberikan dampak yang positif bagi pengusaha atau pedagang batik.
Pada
perkembangannya, Sarekat Dagang Islam kemudian berubah menjadi Sarekat Islam (SI).
Organisasi ini lantas mengambil cara yang lebih progresif guna mensejahterakan
masyarakat. Tokoh yang memiliki peran besar dalam proses pengembangan
organisasi SI ini adalah Tjokroaminoto. Ia selalu berusaha hadir dalam setiap
rapat terbuka di Jawa maupun di luar Jawa. Selain itu, ia juga berperan secara
aktif dalam Kongres SI yang diselenggarakan beberapa kali di beberapa kota. Sebagai
pengurus Central Sarekat Islam (CSI), ia berusaha untuk melakukan audiensi
dengan wali negeri sebagai pemimpin tertinggi di negeri ini. Ia juga mencari
berbagai upaya agar organisasi ini memiliki status hukum yang jelas (Djoko
Marihandono dkk, 2015:2-3).
Sarekat
Islam merupakan organisasi pergerakan yang memiliki berbagai cabang di
Indonesia. Dalam kongres SI di Surabaya pada tanggal 26 Januari 1913 dihadiri
oleh berbagai simpatisan SI dari berbagai daerah. Adapun anggota simpatisan SI
tidak kurang dari 80.000 orang. Dari berbagai daerah yang memiliki cabang
Sarekat Islam adalah daerah Lampung. Sarekat Islam dibawa ke Lampung pada tahun
1920 oleh R. Gunawan. Mulai menyebar dari Menggala kemudian menyebar ke seluruh
pelosok Lampung (Bukri dkk, 1997:119).
Ketika
organisasi Sarekat Islam berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia
(PSII), kegiatan organisasi ini semakin berkembang di Lampung. Berdirilah
cabang-cabang PSII di Way Kunang, Kotabumi, Menggala, Teluk Betung dan bahkan
hampir seluruh Lampung terdapat cabang-cabang PSII. Tokoh-tokoh PSII yang
dipelopori oleh Wa Rahman Kadir dan Burnawi bergerak di daerah Lampung Utara.
Pada
tanggal 09 September 1932 Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië memberitakan
kunjungan Tjokroaminoto di Menggala. Ia didampingi sekretarisnya, Sastro
Moeljono. Di Menggala, Tjokroaminoto melakukan pertemuan baik secara pribadi maupun
publik dari tanggal 5 hingga 8 September 1932. Pertemuan-pertemuan yang
dilakukan oleh Tjokroaminoto di Menggala untuk membahas kepentingan organisasi
dan membela nasib rakyat. Terutama untuk memprotes pajak yang terlalu tinggi
dan tugas militer yang berlebihan.
Berita Kunjungan Tjokroaminoto di Menggala
(Sumber: Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indie, 09 September 1932)
Perlu
kita ketahui bahwa Menggala merupakan daerah di Lampung yang memiliki kemajuan
dalam organisasi pergerakan saat itu. Penentangan terhadap kebijakan pemerintah
kolonial sering disuarakan di kota ini. Sebagai contoh adalah aksi yang
dilakukan oleh Alfian Ratoe Maulana. Ia adalah salah seorang pengurus PSII di
Menggala. Apa yang dialami oleh Alfian Ratoe Maulana ini mendapat perhatian
dari Tjokroaminoto.
Keberadaan
PSII di Lampung, berupaya memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Berdasarkan Overzicht van de Inlandsche, 12 Juni 1937 menuliskan bahwa:
Mengingat
kembali isu di Ranau beberapa tahun lalu dalam konteks ini. Seseorang
telah berhasil mendapatkan sewa tanah jangka panjang di Gunung Seminung dengan
persetujuan para kepala masyarakat. Masyarakat yang bodoh pada awalnya tidak
menyadari pentingnya masalah ini. Hanya ketika penyewa memulai pekerjaannya
barulah menjadi jelas bahwa sebidang tanah subur yang luas telah disita dari
wilayahnya. Mereka meminta bantuan PSII dan protes dibuat dan ketika masyarakat
menerima lebih banyak informasi, rasa akan hak mereka semakin meningkat dan
disadari bahwa jika situasi tidak berubah, mereka akan menghadapi kesulitan
serius di masa depan. Pemerintah turun tangan dalam masalah ini dan tanah di Gunung Seminung dikembalikan
kepada penduduk, yang kemudian memberi nama gunung tersebut “Gunung PSII”.
Hal
itu memberikan gambaran bahwa kegiatan organisasi PSII di Lampung langsung
bersentuhan dengan permasalah yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam hal media
massa, kader-kader PSII cabang Lampung mendirikan media massa Fajar Sumatra dan
Lampung Review yang giat dalam persurat kabaran. Adapula kader-kader PSII di
Lampung yang berupaya memberikan pencerahan dengan mendirikan sekolah-sekolah
seperti yang dilakukan oleh Ismail Kesuma, Kamaruddin, Zainal Abidin dan
Sumitro. Beberapa daerah yang menjadi lokasi sekolah tersebut adalah Enggal,
Gedong Pakuan, Kalianda, Talangpadang, Mulang Maya, Banjarmasin, dan Kotabumi.
Pergerakan
yang dilakukan oleh PSII di Lampung memiliki tujuan utama yakni menumbuhkan
nasionalisme. Untuk itu tokoh-tokoh PSII di Lampung aktif dalam mendirikan
cabang-cabang PSII di daerah. Seperti yang dilakukan oleh Junaid Surapati
bekerja sama dengan Anwar dan Harsono Tjokroaminoto mendirikan PSII di
Sukadana. Tokoh-tokoh lain yang berkecimpung dalam tubuh PSII Lampung adalah Hasan,
Hamzah, Nurdin, Mas Ace Padmawijaya dan Ki Agus M. Zen.
Jika kita simpulkan terlihat bahwa kegiatan organisasi Sarekat Islam kemudian berganti menjadi PSII di Lampung berupaya berkontribusi dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan pendampingan bagi masyarakat, jurnalistik, dan lembaga edukasi. Kiprah PSII di Lampung yang begitu terasa membuat pemerintah kolonial merasa khawatir. Beberapa kader PSII di Lampung bahkan ditangkap oleh pemerintah kolonial dengan berbagai macam dakwaan. Mereka kemudian mendapatkan hukuman bekerja dalam proyek pembangunan jembatan. Jembatan yang dibangun itu lantas dikenal dengan nama “Jembatan PSII” yang menghubungkan daerah Kotanegara dan Negeri Batin.
Referensi:
Bukri, dkk. 1997. Sejarah
Daerah Lampung. Jakarta: Depdikbud
Djoko
Marihandono, dkk. 2015. H.O.S Tjokroamonoto, Penyemai Pergerakan Kebangsaan
& Kemerdekaan. Jakarta: Kemdikbud
Het Nieuws Van Den
Dag Voor Nederlandsch-Indie, 09 September 1932
Overzicht van de
Inlandsche, 12 Juni 1937
Tidak ada komentar:
Posting Komentar