Sabtu, 11 Januari 2025

Stasiun Blambangan Umpu: Titik Pertemuan Jalur Kereta Api Lampung-Palembang

Sebagai bagian dalam jalur kereta api antara Lampung dengan Palembang, Stasiun Blambangan Umpu menjadi salah satu stasiun pemberhentian. Pada 22 Feberuari 1927, dua kereta api tiba di stasiun ini untuk menandai pertemuan jalur kereta api Lampung dengan Palembang.

Oleh: Adi Setiawan 

Stasiun Blambangan Umpu Tahun 1927

(Sumber: Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, 23 Februari 1927) 

Blambangan Umpu merupakan ibukota dari Kabupaten Way Kanan, di sini terletak sebuah stasiun yang dibangun pada era kolonial Belanda. Stasiun itu bernama Stasiun Blambangan Umpu yang merupakan satu dari beberapa stasiun yang menghubungkan Lampung dengan Palembang. Stasiun Blambangan Umpu menjadi bagian dari Zuid Sumatra Staatsspoorwegen atau kereta api Sumatra Selatan, yang membawahi daerah operasional Sumatra Selatan dan Lampung. Pembangunan jalur kereta api oleh Zuid Sumatra Staatsspoorwegen di era kolonial erat kaitannya dengan pengangkutan barang dan manusia di kedua daerah tersebut. 

22 Februari 1927 menjadi hari bersejarah bagi Stasiun Blambangan Umpu, pasalnya di tanggal tersebut merupakan hari dimana jalur kereta api Lampung dengan Palembang dapat dihubungkan di stasiun ini. Sebagai bagian dari hari bersejarah itu, sebuah kereta api sengaja diberangkatkan dari Tanjungkarang dan Palembang menuju Blambangan Umpu. Masyarakat menyambut kedatangan kereta dengan meriah, nampak stasiun yang dihias dengan janur. Pada acara seremonial itu, dihadiri pula oleh Kepala Inspektur Perkeretaapian dan Trem Negar, Ir. WF Staargaard (Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, 23 Februari 1927). 


Kereta Api dari Blambangan Umpu Menuju Palembang

(Sumber: Indië; Geïllustreerd Weekblad Voor Nederland En Koloniën, 11 Mei 1927) 

Rencana pembangunan jalur kereta api di Blambangan Umpu menjadi target pemerintah kolonial, setidaknya sejak tahun 1925. Bagi pemerintah kolonial Belanda, pembangunan jalur kereta api di Sumatra bagian selatan adalah cara untuk memudahkan pengangkutan hasil bumi. Khusus di wilayah Blambangan Umpu dan sekitarnya, keberadaan jalur dan stasiun kereta api diperuntukan untuk pengangkutan lada. Daerah Rebang tercatat menghasilkan lada sekitar 30 ribu pikul per tahun. Di daerah yang sama budidaya kopi juga tengah digiatkan. Termasuk daerah Kasui hingga Blambangan Umpu dengan kesuburan tanahnya, juga merupakan penghasil kopi. Oleh karena itu kereta api menjadi pilihan dalam sarana pengangkutan (De Indische Courant, 2 November 1925). 


Peta Jalur Kereta Api Lampung-Palembang

(Sumber: De Ingenieur; Orgaan van Het Kon. Instituut Van Ingenieurs, 28 Mei 1927)

 

Jalur kereta api yang menghubungkan Lampung dan Palembang sendiri dibangun secara bertahap. Dijelaskan dalam De Ingenieur; Orgaan van Het Kon. Instituut Van Ingenieurs (28 Mei 1927) bahwa detail pembangunan jalur kereta sebagai tersebut: 

1.     Pada tanggal 1 Desember 1914 Oosthaven (Pelabuhan Panjang)-Tanjungkarang (12 km),

2.     Pada tanggal 1 Maret 1915 Tanjungkarang-Labuan Ratu.

3.     Pada tanggal 1 November 1915 Labuan Ratu-Tegineneng, dan juga Kertapati-Prabumulih.

4.     Pada tanggal 1 Februari 1917 dibuka ruas jalur Tegineneng-Hajipemanggilan di sisi Lampung, dimana ruas Lampong dari Panjang-Hajipemanggilan telah mencapai panjang 63 km, sedangkan di sisi Palembang sampai Muara Enim sepanjang 152 km.

5.     Sementara itu, keadaan berlanjut dari sana dan pada tahun 1920 dibuka jalur Blambangan-Kotabumi untuk lalu lintas barang dan pada tahun 1921 untuk lalu lintas penumpang. Panjang jalur saat itu ± 100 km.

6.     Jalur cabang Tanjungkarang-Telukbetung selesai dibangun pada tahun 1921.

7.    Pengerjaan sambungan Lampung-Palembang berjalan lambat pada tahun 1921, di satu sisi sudah sampai Kotabumi, di sisi lain sudah sampai Prabumulih.

8.     Pekerjaan juga dilanjutkan pada jalur Muara Enim-Lahat, yang mulai digunakan pada bulan April 1924.

9.    Dari Palembang ke Peninjawan pada tahun 1922, ke Baturaja pada tahun 1923, dan ke Martapura pada tahun 1925. Jalur ini memiliki panjang total 329 km.

10.  Dari Panjang mereka mencapai Cempaka pada tahun 1923 dan Negara Ratu pada tahun 1926, sehingga jaringan Lampung memiliki panjang 130 km.

11.  Di sisi Palembang, angkutan barang dilakukan dari Martapura ke Giham (23 km) pada tahun 1926.

 

Menurut Korte Geschiedenis Der Nederlandsch-Indische Spoor- en Tramweg (1928:102) pembangunan jalur kereta api sepanjang 528 km yang menghubungkan Lampung hingga Palembang, saat itu menelan sekitar 58.000.000 gulden.

Keberadaan Stasiun Blambangan Umpu yang menjadi bagian dalam proyek Zuid Sumatra Staatsspoorwegen sekaligus menandai sejarah transportasi massal di Lampung, secara khusus di Way Kanan. Saat ini Stasiun Blambangan Umpu tetap menjalankan operasional jalur kereta api Lampung-Palembang. Menurut stasiun.kereta.id Stasiun Blambangan Umpu yang terletak pada ketinggian +51 meter ini, terdapat jalur 1 dijadikan sebagai sepur lurus untuk arah Tanjungkarang. Sedangkan jalur 2 yang dijadikan sebagai sepur lurus untuk arah Baturaja–Prabumulih.

 

Referensi: 

De Indische Courant, 2 November 1925

De Ingenieur; Orgaan van Het Kon. Instituut Van Ingenieurs, 28 Mei 1927

Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, 23 Februari 1927


SA Reitsma. 1928. Korte Geschiedenis Der Nederlandsch-Indische Spoor- en Tramweg. Weltevreden. G. Kolff & Co.

stasiun.kereta.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Melawan Lupa: Rapat Umum Ir. Sukarno di Lampung

Ir. Sukarno bertindak sebagai kepala negara sering melakukan perjalanan ke daerah guna meninjau pemerintahan. Kunjungan Presiden Indonesia p...

Populer