Rabu, 08 Januari 2025

Lim Giok Keng & Bisnisnya di Lampung

Salah satu komponen dalam dunia ekonomi di Lampung adalah dalam etnis Tionghoa. Mereka memiliki beragam usaha, mulai dari perdagangan, industri maupun jasa. Lalu bagaimanakah kiprah pengusaha Tionghoa era kolonial di Lampung?

Oleh: Adi Setiawan

 

Sebuah Iklan Mobil dengan Menyertakan Nama Lim Giok Keng

(Sumber: Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, 23 Desember 1930) 

Tionghoa merupakan salah satu etnis yang terdapat di Indonesia. Etnis Tionghoa berdasarkan latar belakang sejarahnya berasal dari daratan Tiongkok yang bermigrasi ke Indonesia sejak berabad-abad lalu. Kedatangan etnis Tionghoa ke Indonesia tidak terlepas dari kegiatan niaga dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia saat itu. Orang-orang Tionghoa kemudian banyak menetap di Indonesia, terutama di kota-kota pelabuhan atau bandar perdagangan. Mereka lantas terlibat dalam jual beli komoditas dengan masyarakat hingga daerah pedalaman.

Kegiatan perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Tionghoa juga terjadi di Lampung. Keberadaan komoditas lada menjadi salah satu daya tarik mereka untuk datang. Pada Het Chineesche Zakenleven in Nederlandsch-Indië (1926:144-145) di jelaskan bahwa masyarakat Tionghoa yang tinggal di Lampung hampir seluruhnya adalah 'Singkeh', yang mempunyai sedikit atau tidak punya harta tetap. Orang Tionghoa yang kaya jarang ditemukan dan sebagian besar pedagang Tionghoa bekerja dengan kredit dari sesamanya, baik dari Singapura, atau dari Jawa. Mereka juga mendapatkan kredit yang disediakan oleh cabang-cabang rumah dagang Eropa yang berlokasi di Lampung.

Sementara itu keterlibatan orang-orang Tionghoa dalam perdagangan lada terlihat di beberapa kota di Lampung seperti Sukadana, Kotabumi, Cempaka, Labuhan Maringgai, Kalianda. Kota Agung dan Talang Padang. Pedagang-pedagang Tionghoa di daerah tersebut menunjukan persaingan dengan saudagar setempat yang disebut Haji. Bahkan Di Teluk Betung pembeli utama lada adalah 5 orang haji dan 5 orang Tionghoa.

Peranan pedagang Tionghoa dalam perdagangan di Lampung bukan sekedar membeli lada. Pedagang Tionghoa juga memainkan peranan dalam jaul beli padi di daerah kolonisasi. Seperti di daerah kolonisasi Gedong Tataan, hasil panen padi yang sekitar 130.000 pikol padi pada tahun 1920 dan 300.000 pikol pada tahun 1924 sebagian besar penjualan dibeli oleh pedagang Tionghoa. Penduduk Gedong Tataan, segera setelah panen menjual sebagian besar padinya untuk mendapatkan uang tunai dari pedagang Tionghoa, meskipun ada peluang untuk menyimpannya untuk mengantisipasi harga yang lebih baik.

Sepak terjang pedagang Tionghoa dalam perdagangan di Lampung diperkuat dengan mendirikan suatu perkumpulan dagang. Tujuannya adalah untuk memerangi anjloknya harga komoditas, seperti lada secara besar-besaran. (De Tijd: Godsdienstig-Staatkundig Dagblad, 11 Desember 1933).

Salah satu pengusaha Tionghoa yang cukup berperan dalam kepengurusan perkumpulan pedagang Tionghoa adalah Lim Giok Keng. Lim Giok Keng memiliki usaha dalam hal pembangkit listrik, pabrik es, jual beli minyak dan pengangkutan di Lampung, khususnya Teluk Betung dan Tanjung Karang.

Pada usaha perdagangan minyak, diberitakan dalam Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië 3 November 1932, bahwa agen penjualan BPM dan Sonony bertemu di gedung Asosiasi Perdagangan Tionghoa untuk menentukan tarif seragam yang diusulkan oleh kedua perusahaan minyak tersebut untuk penjualan minyak bumi di Lampung. Adapun pengusaha Tionghoa yang bertanggung jawab dalam atas perdagangan minyak ini adalah Lim Giok Keng dan Tan Lam Tjo.

Pengusaha Lim Giok Keng dalam bidang otomotif merupakan distributor mobil di daerah Lampung. Pada tahun 1927, General Motors Agency berdiri di Lampung. Melalui perusahaan ini Lim Giok Keng menjual mobil-mobil merk Chevrolet Truck, G.M.C Truck, Pontiac Sedan, Buick Limousine. Nama perusahaan penjualan mobil milik Lim Giok Keng tertera dalam iklan di beberapa koran Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië terbitan tahun 1928-1930. (Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, 23 September1932).

                                                                                          Iklan Mobil Chevrolet

(Sumber: Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, 13 April 1928) 

Sementara itu di bidang jasa angkutan, Lim Giok Keng juga terlibat dalam pengangkutan barang dari Teluk Betung ke Oosthaven (Pelabuhan Panjang). Dalam usaha ini, pengusaha Lim Giok Keng bersaing ketat dengan jasa angkutan milik Tuan Hoffmann. Persaingan ini ditunjukan dengan tarif angkutan yang memiliki selisih. Jika Tuan Hoffmann mematok tarif 8 sen per pikul lada atau kopi, maka jasa angkutan Lim Giok Keng mematok harga 6 sen saja per pikul lada atau kopi dari Teluk Betung ke Oosthaven (Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, 19 November 1932).

Kemudian di luar Teluk Betung dan Tanjung Karang, sepak terjang pengusaha Lim Giok Keng juga terdapat di Kota Bumi. Di daerah ini, Lim Giok Keng mendapatkan izin dari pemerintah untuk menyediakan pasokan listrik. Ia mengeluarkan dana sekitar 35.000 gulden untuk menyediakan fasilitas listrik di Kotabumi (De Indische Courant, 30 Oktober 1939).

Setelah izin perusahaan listrik di Kotabumi berhasil, di daerah inipun kemudian Lim Giok Keng melebarkan sayap usaha dengan mendirikan pabrik pembuatan es. Izin pembukaan pabrik es ini diperoleh di tahun 1940. Ini merupakan pabrik es ketiga, setelah yang ada di Tanjung Karang dan Teluk Betung (Bataviaasch Nieuwsblad, 5 Februari 1940).

Penggilingan Padi Lim Giok Keng di Pringsewu

(Sumber: werelculteren, 1935)

Di daerah Pringsewu, penguasaha Lim Giok Keng juga memiliki perusahaan penggilingan padi. Bidang usaha lain yang ditekuni oleh Lim Giok Keng adalah jual beli garam di Teluk Betung. Pernah suatu kali terjadi masalah dalam perdagangan garam antara pemerintah setempat dengan pedagang-pedagang Tionghoa. Untuk menyelesaikan itu, Lim Giok Keng menunjukan peranannya, sehingga masalah dapat di atasi (Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, 26 Oktober 1932).

Dalam bidang hiburan nama Lim Giok Keng juga tercatat pernah mengelar pertunjukan pasar malam di Teluk Betung dari 12 Desember 1937 hungga 12 Maret 1938. Pasar malam ini memiliki desain yang sangat sederhana. Meski demikian, hasil yang diperoleh benar-benar di luar ekspektasi. Pasar malam meraup untung lebih dari 12.500 gulden (Bataviaasch Nieuwsblad, 15 Maret 1938). Terakhir nama Lim Giok Keng juga disebut dalam panitia rencana pembangunan museum di Lampung pada tahun 1938.


Referensi:

Bataviaasch Nieuwsblad, 5 Februari 1940

De Indische Courant, 30 Oktober 1939

De Tijd: Godsdienstig-Staatkundig Dagblad, 11 Desember 1933

Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, 23 September1932

Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, 26 Oktober 1932

Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, 3 November 1932

Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, 19 November 1932

Jl Vleming Jr. 1926. Het Chineesche zakenleven in Nederlandsch-Indië. Weltevreden: Dienst Der Belastingen in Nederlandsch-Indië


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Melawan Lupa: Rapat Umum Ir. Sukarno di Lampung

Ir. Sukarno bertindak sebagai kepala negara sering melakukan perjalanan ke daerah guna meninjau pemerintahan. Kunjungan Presiden Indonesia p...

Populer