Rabu, 16 September 2020

Corak Kehidupan Masyarakat Pra-aksara

 

Adi Setiawan

Corak dan Pola Hunian Kehidupan Masyarakat Pada Zaman Praaksara atau Zaman  Manusia Purba - materiedukasi.com 

Manusia purba selayaknya manusia pada zaman ini membutuhkan temapat tinggal, makan dan minum serta ketenangan rohani yakni kepercayaan.

Dalam pertemuan kali ini kita akan membahas mengenai pola hunian, pola kehidupan  dan kepercayaan masyarakat pra-aksara.

Pola Hunian

Mengenai pola hunia masyarakat masa pra-aksara menunjukan dua karakter yakni:

1.    Kedekatan dengan sumber air, keberadaan air sangat penting bagi kehiduan manusia begitupun pada masa pra-aksara. Dengan bukti fosil-fosil yang banyak ditemukan di sepanjang aliran sungai dapat disimpulkan bahwa kehidupan mereka banyak dihabiskan di tempat itu. Karena daerah sekitar sungai selain memberikan air yang cukup juga merupan tempat berkumpulnya binatang buruan.

2.    Kehidupan alam terbuka, pada kondisi ini manusia menempatan hutan atau padang rumput. Karena tempat-tempat itu merupakan habitat binatang yang menjadi makanan pokok bagi manusia pra-aksara.

Pola Kehidupan Berburu dan Bercocok Tanam

Pola pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat pra-aksara dapat ditinjau pada masa berburu dan bercocok tanam. Kedua masa ini memeliki karakter berbeda.

a. Masa Berburu dan Berpindah-pindah

Kehidupan masyarakat berburu ciri-ciri sebagai berikut:

1)  Manusia hidup berkelompok dan tempat tinggal mereka berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain (nomaden).

2) Mereka belum mengenal bercocok tanam.

3) Kebutuhan makan mereka tergantung pada alam, sehingga cara mereka mencari makan disebut dengan nama food gathering (mengumpulkan makanan) dan berburu.

4) Alat-alat kebutuhan mereka dibuat dari batu yang belum dihaluskan (masih sangat kasar).

 

b. Masa Bercocok Tanam dan Menetap

Kehidupan masyarakat masa bercocok tanam dan menetap memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Kehidupan mereka sudah mempunyai tempat tinggal yang menetap secara mantap.

2) Mereka sudah mengenal bercocok tanam secara baik.

3)  Mereka sudah mampu mengolah bahan makanan sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka atau disebut dengan menghasilkan makanan (food producing). Mereka disamping berburu dan menangkap ikan juga telah memelihara binatang-binatang jinak, seperti anjing, babi, dan kerbau. Binatang-binatang tersebut bukan saja dipelihara untuk keperluan konsumsi tetapi juga untuk dapat dipakai sebagai binatang korban.

4) Alat-alat yang dibuat dari batu lebih halus dan macamnya lebih banyak, seperti kapak, tombak, panah dan lain-lain. Bahkan mereka telah berhasil membuat perhiasan dari gelang-gelang dan biji-biji kalung dari batu.

5) Peradaban mereka sudah lebih maju dan membuat alat-alat rumah tangga yang lebih baik serta telah mengenal seni.

 Kepercayaan Manusia Pra-aksara

 Kepercayaan dalam masyarakat purba sudah tumbuh dan berkembang sejak dahulu. Salah satu aspek yang dapat dikaitkan dengan kepercayaan adalah berupa peninggalan-peninggalan megalitik atau budaya batu besar. Dalam budaya ini manusia membuat benda-benda seperti punden berundak, sarkofagus, dolmen dan menhir sebagai upaya menghormati roh nenek moyang mereka.

 Kepercayaan pada masyarakat purba dibedakan menjadi animisme, dinamisme dan totemisme.

 1. Animisme

Kepercayaan manusia purba terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal dunia. Menurut mereka, arwah nenek moyang selalu memperhatikan mereka dan melindungi, tetapi akan menghukum mereka juga kalau melakukan hal-hal yang melanggar adat.

 2. Dinamisme

Kepercayaan bahwa semua benda mempunyai kekuatan gaib, seperti gunung batu, dan api. Bahkan benda-benda buatan manusia diyakini juga mempunyai kekuatan gaib seperti patung, keris, tombak, dan jimat.

 3. Totemisme

Kepercayaan atas dasar keyakinan bahwa binatang-binatang tertentu merupakan nenek moyang suatu masyarakat atau orang-orang tertentu. Binatang-binatang yang dianggap sebagai nenek moyang antara orang yang satu dengan orang atau masyarakat yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Biasanya binatang-binatang yang dianggap nenek moyang itu, tidak boleh diburu dan dimakan, kecuali untuk keperluan upacara tertentu.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menyaksikan Tanah Sabrang: Film Propaganda di Era Kolonial

Sebuah gedung pertunjukan film modern diresmikan di Kota Metro, sebuah daerah yang lahir dari proses kolonisasi di masa lampau. Hadirnya bio...

Populer